Rapat tertutup Komisi VI,

Jakarta, Aktual.com — Pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar US$3 miliar kepada tiga bank BUMN, PT BNI (Persero) Tbk, PT BRI (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk disebut telah habis diserap ke para debitur atau peminjamnya dalam waktu dua bulan.

Hal ini dianggap aneh oleh Komisi VI DPR. Pasalnya, dengan waktu selama dua bulan dan habis terserap itu dianggap terlalu cepat. Padahal biasanya proses pengajuan kredit itu membutuhkan waktu yang lama.

“Tapi dalam kasus ini, pinjamannya besar masing-masing US$1 miliar tapi dalam dua bulan sudah dikucurkan ke peminjamnya. Ini ada apa? Sangat mencurigakan,” tandas anggota Komisi VI DPR, Darmadi Durianto, saat RDP dengan Deputi Kementerian BUMN dan direksi tiga bank, di Jakarta, Selasa (1/3).

Untuk itu, dia minta agar para debitur ini harus buka ke publik siapa saja peminjamnya itu. Karena kalau pada akhirnya akan macet, tiga bank itu yang menanggung kerugiannya. Tapi bagi CDB tidak menanggung apa-apa.

“Kajian debitur seperti apa, sehingga bisa cepat, tapi seperti apa kelayakanya? Karena dari dulu sudah memberi warning, ini sangat berisiko,” kata dia.

Untuk itu, pihaknya meminta daftar para peminjam itu, kami DPR dapat menelusuri, jangan sampai mereka memiliki riwayat kredit macet. “Kami akan telusuri bahkan sampai ke China,” kata dia.

Darmadi menyebut pengalaman BNI yang pernah memiliki nasabah yang macet kreditnya harus menjadi pertimbangan yang serius.

“BNI banyak mengalami kredit macet dari perusahaan besar. Makanya dalam pemberian kredit itu kajiannya harus mendalam,” jelas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan