Ledia Hanifah (ist)

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah Amaliah menilai kebijakan belajar delapan jam sehari atau “full day school” merupakan kebijakan yang Jawa sentris dan tidak mempertimbangkan daerah lainnya secara menyeluruh di Indonesia.

“Membuat kebijakan, seharusnya mempertimbangkan seluruh daerah di Indonesia, tidak hanya melihat di Jawa saja,” kata Ledia Hanifah Amaliah pada diskusi “Polemik Full Day School” di Jakarta, Sabtu (17/6).

Menurut Ledia, sekolah di kampung-kampung dan pelosok desa di Indonesia, lokasinya ada yang sangat jauh dari rumah penduduk, yang ditempuh dengan jalan kaki sampai beberapa jam.

Dia mencontohkan, ada sekolah di pelosok desa di Cililin, Jawa Barat, yang ditempuh melalui jalan perbukitan, dan jika menggunakan kendaraan ojek biaya Rp25.000 sekali jalan.

“Di desa-desa, apalagi di luar Jawa, banyak anak-anak yang setelah pulang sekolah membantu orang tuanya mencari nafkah, seperti berdagang, menjadi petani, atau nelayan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid