Jakarta, aktual.com – Komisioner KPU RI Hasyim Asy’ari mengatakan tugas penyelenggara Pemilu 2019 berat dan banyak tantangan secara fisik serta mental sehingga petugas harus menjaga diri dan kesehatan.

“Kita maklumi tugas ini berat, tantangan fisik dan mental. Tetapi yang namanya ajal bisa karena apa saja, bisa dimana saja,” kata Hasyim usai memimpin Salat Ghaib di KPU DKI Jakarta, Jumat (26/4).

Hasyim pun mengingatkan jajaran KPU kabupaten/kota untuk berhati-hati dan menjaga kesehatan meski disibukkan oleh pekerjaan menuntaskan penyelenggaraan Pemilu 2019.

Menurut Hasyim, banyaknya petugas KPPS, PPS dan PPK yang meninggal dunia saat melaksanakan Pemilu 2019 sebagai pelajaran penting.

“Yang paling penting itu. Ini jadi pelajaran buat kita dalam bekerja harus hati-hati, menjaga kesehatan, karena tugas-tugasnya belum selesai,” kata Hasyim.

KPU menyelenggarakan Salat Ghaib untuk mendoakan para anggota KPPS, PPS dan PPK yang meninggal dunia sebagai bentuk penghormatan atas jasa mereka yang telah bertugas menyelenggarakan Pemilu 2019.

Salat Ghaib di KPU DKI Jakarta diikuti oleh seluruh komisioner, sekretariat dan staf, diimami langsung oleh Hasyim Asy’ari

Setelah Salat Ghaib, jamaah berdoa bersama untuk para petugas KPPS yang wafat agar husnul khotimah dan diterima oleh Allah serta amalannya tercatat sebagai mati syahid.

“Moga-moga dihitung oleh Allah sebagai mati syahid, mereka menyelenggarakan tugas kenegaraan,” kata mantan Anggota KPU Jawa Tengah ini.

Hasyim mengingat perihal ajal yang beberapa kali disebutkan dalam Al Quran. Untuk itu petugas penyelenggara pemilu dapat mempersiapkan diri ketika ajal datang menjemput.

Dosen Hukum Tata Negara Universitas Diponegoro, Semarang ini mengutip isi Al Quran yang intinya semua ada batasnya. Demikian pula ajal.

“Kalau sudah batasnya tiba, walau diakhirkan belum tentu di akhir. Kalau mau diawalkan, juga belum tentu, semua tergantung Allah,” katanya.

Hasyim mengatakan kematian adalah guru yang baik untuk setiap manusia agar menjaga perilaku, ibadah dan keimanannya.

Karena, lanjut dia, keimanan sering bolak-balik, kadang naik kadang turun dan setiap saat manusia akan dipanggil pulang (mati).

Ia mencontohkan, jika Nabi Muhammad SAW wafat usia 63 tahun, maka orang yang berusia 46 tahun saat ini punya waktu 11 tahun dari sekarang untuk mempersiapkan diri.

“Husni Kamil Malik meninggal usia 40 tahun. Artinya saya bersyukur diberi kesempatan waktu ibadah dan bertaubat sampai usia 46 tahun,” kata Hasyim mengibaratkan.

Hasyim kembali mengatakan bahwa kematian adalah pelajaran buat manusia, belajar mengambil dari hikmah dari peristiwa yang terjadi.

Usia memimpin doa untuk para petugas KPPS yang meninggal dunia, Hasyim menyeka air mata dari balik kaca matanya.

Hasyim mengatakan ia menangisi dirinya sendiri. Jika nanti Tuhan memanggil apakah dirinya benar-benar sudah siap.

“Saya menangisi diri saya sendiri. Kalau tiba-tiba dipanggil Tuhan sudah siap apa belum,” kata Hasyim.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin