Jakarta, Aktual.co — Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengungkapkan isu Hak Asasi Manusia dalam pembahasan saat peringatan Konferensi Asia Afrika 2015 jangan lebih kendur dibanding KAA tahun 1955.

“KAA tahun 2015 tidak boleh mundur dalam mengawal HAM dibanding tahun 1955, dan tetap harus menjadikan HAM sebagai isu kunci dalam melihat dan menyelesaikan persoalan di Asia Afrika,” kata Komisioner Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/4).

Hal tersebut, kata Yuniyanti, dikarenakan isu HAM sudah menjadi unsur utama dari 10 prinsip yang dilahirkan dalam KAA pertama di Bandung tahun 1955.

Lebih lanjut, Yuniyanti mengatakan Hak Asasi Perempuan sebagai Hak Asasi Manusia harus menjadi landasan dalam menganalisa maupun merespon persoalan di Asia Afrika pada KAA 2015 ini.

“Hal itu baik terkait dengan kerja sama ekonomi, budaya, maupun solidaritas Asia Afrika, dengan memastikan prinsip keadilan gender dan tanpa kekerasan,” ujarnya.

Sementara itu, Komisioner Komnas Perempuan lainnya Budi Wahyuni mengatakan sejumlah isu yang menjadi perhatian Presiden Republik Indonesia dalam pidato pembukaan KAA, tentang pemberantasan narkoba, kemerdekaan Palestina, penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan global sangat penting untuk dilakukan langkah konkret dalam pemenuhan perlindungan hak perempuan.

“Pidato tersebut sangat baik untuk mencari arah serta langkah konkret dalam penegakan, pemenuhan dan perlindungan hak perempuan serta wujud komitmen terhadap segala bentuk kekerasan terhadap perempuan sebagai hasil KAA ini nantinya,” kata Budi.

Budi juga mengatakan bahwa Komnas Perempuan mengharapkan seluruh negara anggota KAA untuk berkomitmen menghentikan hukuman mati sebagai bentuk penghargaan terhadap hak hidup yang tidak boleh dihilangkan ataupun dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

“Hal ini sesuai dengan Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik serta Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid