Harga cabai yang melambung tinggi menjadi keprihatinan Ketua DPR untuk melihat langsung harga cabai di pasar. Harga cabai merah di Pasar Induk Kramat Jati mencapai Rp100 ribu per kg. Sebelumnya pernah menyentuh Rp120 ribu per kg. Kenaikan ini disebabkan salah satunya faktor cuaca yang membuat banyak cabai rusak. AKTUAL/Tino Oktaviano

Surabaya, Aktual.com – Kenaikan harga cabai sejak November 2016 lalu hingga kini, berdampak pada inflasi di Jatim. Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, menjelaskan jika kenaikan inflasi di Jatim sebesar 1,52 persen. Penyumbang inflasi tersebut adalah komoditas cabai.

“Kami perkirakan inflasi ini akan terjadi sampai akhir Februari. Januari kemarin, inflasi di Jatim masih naik,” kata Syaifullah Yusuf di Surabata, Jumat (10/2).

Pemprov Jatim sebenarnya telah melakukan beberapa upaya untuk menstabilkan berbagai cara, seperti membeli cabai dari provinsi Gorontalo. Tetapi, upaya  itu tidak mencapai hasil maksimal. Harga cabai rawit masih di atas angka Rp100 ribu di pasaran.

Jika BMKG, lanjut Syaifullah Yusuf, mengatakan curah hujan tinggi sampai Februari akhir, maka pada bulan Maret harga cabai kemungkinan besar bisa ditekan. Sebab, bulan tersebut bersamaan dengan panen raya.

“Bulan Januari kemarin cukup sedikit. Cabai yang dihasilkan hanya tujuh ribu ton. Ini tak mampu memenuhi permintaan pasar. Sebab cabai rawit itu di Jatim seperti kebutuhan pokok. Tapi awal Maret sudah ada musim panen dan menghasilkan  25 ribu ton,” lanjutnya.

Pada bulan Januari lalu, luas panen hanya 2.129 hektare. Sementara di akhir Februari hingga Maret luas panen cabai mencapai 6.414 hektare sampai  7.344 hektare.

“Makanya, bulan Maret akan terjadi panen raya. Stok akan mencukupi.” tutupnya.

(Laporan: Ahmad H Budiawan)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka