Jakarta, aktual.com – Jakarta memiliki banyak potensi, tidak hanya potensi materil melainkan juga potensi kumpulan manusianya yakni komunitas. Data Jakarta mencatat ada 33 komunitas di Jakarta yang aktif di berbagai aktivitas pendidikan. Banyak komunitas yang tentunya belum tercatat dan memiliki banyak potensi dan prestasi.

Acara ini diinisiasi oleh GreatEdu bahwa hadirnya komunitas memberikan banyak impact bagi lingkungan sekitar. “Jika komunitas – komunitas tersebut bersinergi dan berkolaborasi untuk pendidikan Jakarta, akan lebih banyak lagi manfaat yang bisa dirasakan masyarakat Jakarta. Terutama untuk kemudahan akses pendidikan berkualitas yang merupakan salah satu persoalan utama dibalik keberadaan sekolah-sekolah berprestasi di jakarta” ulas CEO GreatEdu, Robert E. Sudarwan pada awal diskusi.

Untuk itulah komunitas-komunitas Pendidikan di Jakarta menggelar Rembug Komunitas Pendidikan pada Kamis (23/5) di Kedai Kepikiran Kopi, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rembug ini bertujuan menyamakan kepahaman dan sinergi mengenai keresahan dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing komunitas. Acara yang dihadiri oleh 17 komunitas ini membuka mata bahwa masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima akses pendidikan yang baik. Komunitas ini banyak bercerita sulitnya akses pendidikan itu tidak hanya milik masyarkat desa tetapi yang utama justru berada di masyarakat miskin kota. Mengenai pendidikan pada masyarakat miskin kota ini menjadi konsern bagi komunitas.

Dalam Rembuk Komunitas Pendidikan Jakarta ini hadir 17 Komunitas dari berbagai latar belakang aktivitas seperti Pendidikan Kesehatan reproduksi oleh Youthizen Indonesia, parenting (Komunitas Rumah Imajinasi Literasi Anak; Komunitas Teman Main), filantropi (Filantrust, Satu Hari Satu Ayat), gerakan literasi (FLP, Beribuku, Rumah Imaginasi Anak, Kamu Indonesia), sanggar belajar (Rumah Belajar Rawamangun, Sanggar Anak Akar), pendampingan masyarakat (Ayo Mengajar, Yayasan Rumah Kita, Jejak Seribu, Gerakan Banten Mengajar,), pengembangan softskil (YAI8, Mari Mengabdi), pendidikan seni (Red Nose Foundation,) Hobi (Komunitas Pendaki Muslim), peserta lainnya adalah perseorangan non-komunitas.

Acara ini akan berlanjut untuk mensinergikan antar komunitas agar tergali lagi potensi masing-masing yang belum termaksimalkan. M. Chozin Amirullah, pemantik diskusi mengatakan bahwa ini adalah awal dari terciptakanya kemudahan akses pendidikan yang digerakan langsung oleh orang terdekat di masyarakat yaitu komunitas. Harapannya komunitas ini mampu membantu masyarakat untuk akses pendidikan yang lebih baik.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin