Jakarta, Aktual.com – Serangan Israel terus berlanjut di Gaza Palestina; pada pembaruan terbaru hari Rabu (22/11), rumah sakit Indonesia di Gaza masih menjadi target serangan.
Di sisi lain, perjanjian antara Hamas dan Israel yang diselenggarakan oleh perantara Qatar masih dalam tahap pembahasan. Pemerintah Doha mengungkapkan kepada CNN International bahwa mereka telah menyampaikan proposal pada Selasa dini hari dan kini menunggu respons dari pihak Israel.
Israel dilaporkan masih melakukan rapat di kabinetnya. Meskipun demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dalam pernyataan terbarunya di hadapan menteri bahwa mereka akan terus melanjutkan konflik, bahkan jika ada jeda kemanusiaan atau gencatan senjata sementara.
Data terbaru korban tewas diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Rabu. Dalam pembaruan tersebut, disebutkan bahwa 14.128 warga Palestina telah kehilangan nyawa akibat serangan Israel di wilayah tersebut.
Dikutip dari The Guardian dan diakumulasi sejak tanggal 7 Oktober, jumlah korban mencakup 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan.
Disamping itu, kondisi Rumah Sakit (RS) disana, selain RS Al-Shifa dan RS Indonesia, serangan Israel juga menimpa RS Al-Awda di Gaza, yang kini menjadi sasaran. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tiga dokter dan seorang pendamping pasien dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.
Médecins Sans Frontières (MSF) mengonfirmasi informasi tersebut, menyatakan bahwa dua dokter dari organisasi mereka dan seorang dokter dari kementerian kesehatan tewas akibat serangan terhadap RS Al-Awda. Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) juga memverifikasi kebenaran peristiwa tersebut.
Sejak dimulainya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober, setidaknya 52 jurnalis dan pekerja media telah kehilangan nyawa. Data ini diungkapkan oleh Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) pada hari Selasa, (21/11).
Dalam perkembangan terkini, stasiun berita yang terkait dengan Hizbullah, Al-Mayaden, melaporkan bahwa dua jurnalisnya tewas akibat serangan udara Israel di wilayah selatan Lebanon, dekat perbatasan dengan Israel. Salah satu dari mereka adalah seorang wanita jurnalis yang sebelumnya melaporkan peristiwa perang dengan mengenakan rompi lengkap yang memiliki tulisan “PERS” di dadanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih