Jakarta, Aktual.com — Polisi Israel menangkap tujuh warga Palestina, termasuk lima pemuda, dalam kekerasan yang dipicu ketegangan di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem.
Penangkapan berlangsung di kawasan Palestina Issawiya, di Gunung Scopus Jerusalem, setelah para pemuda melakukan demonstrasi dengan melemparkan batu ke arah polisi, kata sebuah pernyataan.
Pada Sabtu (19/9) malam, tiga polisi terluka ketika bom mengenai mobil ‘van’ mereka di Distrik Jabal Mukaber dan delapan warga Palestina ditangkap, termasuk setidaknya tiga pemuda.
Insiden tersebut muncul setelah empat hari bentrokan pekan ini, termasuk pada Jumat (18/9), ketika sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza yang dikuasai milisi Hamas menghantam sebuah bus yang diparkir di kota Israel Selatan Sderot tanpa menimbulkan korban jiwa.
Selanjutnya, Israel mengebom sebuah kamp pelatihan Brigade Ezzedine al-Qassam, yang merupakan cabang bersenjata Hamas.
Tidak ada korban dalam insiden tersebut.
Kompleks yang dikenal umat Muslim sebagai Al-Haram al-Sharif (Tempat Suci), adalah tempat suci terkenal bertahtakan emas, “Dome of the Rock”, serta Masjid Al-Aqsa berada.
Situs paling suci ketiga dalam Islam itu diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad melakukan perjalanan malam ke surga atau yang disebut Isra Mi’raj.
Sebagai lokasi keberadaan tempat-tempat suci Yahudi, situs itu dikenal sebagai “Temple Mount” bagi Yahudi, yang diizinkan untuk dikunjungi tetapi tidak bisa dijadikan tempat berdoa untuk menghindari peningkatan ketegangan.
Israel takut ketegangan lebih lanjut terjadi lagi ke depan ketika hari raya Idul Adha pada Rabu, yang bertepatan dengan perayaan Yom Kippur, yaitu saat orang-orang Yahudi menjalani puasa selama 24 jam.
Para penganut Yahudi memulai perayaan Sukkot pada minggu berikutnya. Sukkot adalah salah satu hari libur, yang pada hari itu biasanya dikunjungi warga Israel dalam jumlah lebih banyak dibandingkan har-hari biasa.
Israel merebut Jerusalem Timur, tempat keberadaan Al-Aqsa, pada 1967 dalam Perang Enam Hari dan kemudian mencaploknya. Mereka mengklaim kedaulatan atas seluruh kota, termasuk tempat-tempat suci.
Bagi para warga Palestina, yang menginginkan terutama wilayah Arab sisi timur sebagai ibu kota mereka, adalah kompleks dengan bangunan-bangunan bersejarahnya adalah simbol kuat bagi negara –yang sejauh ini belum terbentuk.
Mereka takut Israel akan berusaha untuk mengubah aturan yang mengatur tempat suci tersebut, dengan kelompok-kelompok Yahudi sayap kanan mendorong untuk lebih banyak akses ke sana.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan