Denpasar, Aktual.com – Menjelang Tahun Baru Imlek, seluruh umat Budha melakukan persiapan. Sejumlah kongco atau vihara juga berbenah. Mereka mempersiapkan pergantian tahun suci tersebut.
Salah satunya adalah di Griya Kongco Dwipayana. Di kongco yang terletak di tengah rerimbunan mangrove di kawasa Kuta, Bali itu tengah memoles diri. Salah satunya dengan melakukan pembersihan areal sekitar kongco.
Kongco Dwipayana biasa juga dikenal dengan sebutan Vihara Nusantara. Disebut demikian, karena jalinan persahabatan antara Hindu, Budhha, Islam dan Kristen terajut dengan apik. Di kongco ini juga umat Hindu dan Budhha duduk berdampingan menggelar persembahyangan.
Pemimpin Griya Kongco Dwipayana, Ida Bagus Made Adnyana menjelaskan, di kongco ini, umat Hindu dan Budha sama-sama bersembahyang di dalam kelenteng. Tokoh yang biasa dipanggil Atu Mangku itu menuturkan, hampir setiap hari kedua umat menggelar persembahyangan. “Jika umat Hindu, dia akan bersembahyang di tempat umat Hindu dulu, baru ke sini (ke tempat persembahyangan umat Budha). Dan, begitu juga sebaliknya,” papar Atu Mangku di Kuta, Sabtu (6/2).
Klenteng Nusantara yang dipimpinnya, merupakan perwujudan dari simbol Siwa dan Budha. Itu sebabnya umat Budha dan Hindu Bali bisa duduk berdampingan secara khidmat menggelar persembahyangan.
“Umat Hindu dan Budha, dia tidak merasakan suatu perbedaan. Semua datang sembahyang ke sini,” jelas Atu Mangku.
Griya Kongco Dwipayana, kata Atu Mangku, dibangun sejak zaman Dinasti Ching. Namun, berkat bisikan gaib yang diterima Atu Mangku, klenteng ini kemudian kembali dibuat, dibangun dan digunakan sebagai tempat peribadatan.
“Karena baru dibuatkan fasilitas, barulah otomatis bangkit pada tahun 1987. Mulai proses pembangunannya dan pada tahun 1999 selesai,” katanya.
Saat ini, kongco ini tengah melakukan persiapan menyambut hari raya Imlek. “Persiapan awal kami melakukan sembahyang antar-jawa (menghadap ke langit), setelah itu dilakukan pembersihan,” jelas dia.
Sementara itu, tim kesenian Barongsai di kongco ini sudah mulai banyak pementasan. “Hari ini sudah pentas, ada di lima lokasi. Pemain barongsainya ada dari Hindu, Buddha, Islam dan Kristiani,” ujar Atu Mangku.
Atu Mangku berharap toleransi antarumat beragama yang terjalin apik di klenteng yang dipimpinnya dapat menjadi contoh bagi semua pihak di Negeri ini. “Sangat indah kalau kita saling menghormati. Semoga semua pihak bisa menirunya,” tutup dia.
Artikel ini ditulis oleh: