GDTC Majestic Agro Industri pun akan mengembangkan agar 2 unit pabrik gula tersebut dapat menghasilkan listrik sebesar 35MW per hari dari hasil pengompresan uap panas hasil pembakaran bagasse (Co-Generation of Electricity).
Selain itu, hasil listrik sebesar 25 mw berencana dijual kepada PLN atau masyarakat sekitar for sale to PT PLN or other users locally. Pabrik tersebut juga akan menghasilkan 60.000 liter ethanol per hari dari hasil penyulingan tebu agar bisa dicampur dengan bensin sebagai Biofuel.
Terakhir, sisa-sisa hasil batang tebu akan diolah menjadi pupuk mikrobiologis atau biofertilizer. “Jadi banyak hal yang tersubtitusi dengan keberadaan pabrik kami,” ungkapnya.
“Listrik dan bahan bakar tanpa batu bara. Motto GDTC grup adalah zero waste, green, clean, dan sustainable. Tidak ada sisa sampah yang tidak berguna dari area industri gula kami nanti. Kami akan memaksimalkannya sampai akhir,” sambung dia lagi.
Sementara itu, Jessica Ade, Direktur Utama dan Prof. Drg. Habe Hanafi, MBA, Komisaris bagi PT. GDTC Majestic Agro Industri mengatakan 90% dari perkebunan tebu akan dijalankan oleh petani plasma sedangkan 10% adalah inti nukleus.
“Perkebunan ini akan didominasi oleh petani plasma dengan presentasi 90%. Artinya kami akan membangun ekonomi sekitar NTT-TTU,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Disclaimer
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.