Dia mengatakan jika proyek ini sudah berlangsung selama tiga tahun belakangan. Perkebunan saat ini sedang berada dalam tahap pembibitan, sementara untuk pabrik masih dalam tahap rencana pembangunan. Namun, perusahaan anyar ini tidak akan bergerak dalam pengolahan gula rafinasi tegasnya.

Meski NTT dikenal sebagai daerah kering, Prof Habe optimistis bahwa daerah tersebut dapat memberikan iklim yang baik bagi produktivitas perkebunannya. Prof Habe mengatakan sifat tanah pada perkebunannya bersifat poros atau menyerap langsung air.
“Cuaca menunjang dan tanahnya cocok untuk tebu. Persoalan air tak masalah karena tanahnya bersifat poros yang langsung menyerap air. Jadi di bawahnya tersedia air sebenarnya,” sambung dia.
Pemerintah, lanjut Prof Habe, siap mendorong investasi perkebunan tebu dengan penyedian lahan produksi seluas 1 juta ha untuk lokasi di luar Jawa. Dia menyetujui hal tersebut karena memang tak mungkin lagi membangun perkebunan tebu di Jawa.
Selain perkebunan tebu, GDTC Majestic Agro Industri juga akan membangun peternakan sapi potong di areal yang sama. Direksi PT. GDTC Majestic Agro Industri belum dapat memastikan pembagian luas lahan antara perkebunan tebu dan peternakan sapi.

Artikel ini ditulis oleh: