Jakarta, Aktual.com – Jaringan Aktivis Pro Demokrasi atau ProDEM akan menggelar kongres ke-6 yang berlangsung di Taman Wiladatika, kawasan Cibubur, Jakarta pada 28-30 Oktober 2016 mendatang.
Sekretaris Jenderal Jaringan Nasional Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM), Satyo Purwanto mengatakan, kongres ini sebagai legitimate untuk membawa ProDEM ke semangat awal sebagai organisasi perlawanan yang cair dan dinamis.
Menurut dia, semangat awal yang menjadi basis pembentukan ProDEM, membuat organisasi ini tetap dan akan selalu relevan di tengah konstruksi kekuasaan apapun.
“Termasuk di ranah rezim kekuasaan saat ini yang nota bene lahir dari proses demokrasi. persoalan yang dihadapi masyarakat belum juga beranjak dari apa yang sudah sejak lama diperjuangkan ProDEM,” terang Satyo Purwanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/10).
Lebih jauh pria yang akrab disapa Komeng itu menuturkan, hiruk pikuk demokrasi justru menyisakan semacam “ruang kosong” dimana Negara harus dikatakan masih gagal memenuhi kepentingan rakyatnya secara maksimal.
Sehingga, lanjut dia, konteks untuk mengisi ‘ruang kosong’ itulah yang akan menjadi batu pijak memperkuat posisi dan peran ProDEM ke depan. Alat ukurnya adalah nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan.
Oleh karena itu, ProDEM secara organisatoris akan tetap berhadapan dengan kekuasaan yang ada di semua tingkatan, selama kinerja dan watak kekuasaan tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai perjuangan ProDEM.
Sementara itu, Rosiana Simanjuntak selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres ProDEM ke-VI 2016 mengatakan, sejauh ini persiapan teknis Kongres sudah 80% untuk mengakomodir kepentingan ratusan peserta kongres yang akan hadir dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Agenda kongres VI ini selain memilih Ketua Majelis dan Sekjen ProDEM periode 2016-2019 juga diharapkan jadi momentum untuk memperkuat jejaring aktivis ProDEM yang telah terbangun sejak masa rezim otoriter Orde Baru.
Sebagai informasi, ProDEM adalah himpunan aktivis lintas aliran dan lintas generasi khususnya dari angkatan 1980-an dan 1990-an yang digagas oleh aktivis Universitas Nasional (UNAS) yaitu almarhum Amir Husen Daulay. Yang tersebar diberbagai kota di Indonesia.(Fadlan Syam Butho)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid