Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan bahwasanya konsep iman telah diajarkan oleh Lukman kepada anaknya, yaitu tentang ketauhidan (Keesaan Tuhan), sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Swt:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan ketika Lukman berkata kepada anaknya untuk menasehatinya, wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena sesungguhnya kesyirikan adalah merupakan kedzaliman yang besar,” (QS. Lukman: 13).

Ketauhidan adalah merupakan harga mati, yang tidak bisa digantikan oleh suatu apapun dan siapapun, yang harus tetap dipegang erat hingga ajal menjemput. Allah Swt telah berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu hingga sesuatu yang yakin (kematian) datang kepadamu,” (QS. Al-Hijr: 99).

“Kemuliaan (karamah) seorang mukmin tidaklah nampak, hingga akhirnya dirinya meninggal dalam keadaan islam. Karamah yang hakiki, adalah ketika seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatimah,” tegas Syekh Yusri dalam kesempatan yang lain.

Konsep berikutnya adalah islam, yaitu yang berisikan tentang ajaran-ajaran syari’ah yang bersifat amaliah, yang mana dalam hal ini disimbolkan dengan shalat, yaitu ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada setiap hamba-Nya melalui para nabi dan rasul-Nya. Inilah yang disebut dengan fikih, yang mana setiap nabi datang membawa syariat yang berbeda dengan para nabi lainnya.

Lukman Al Hakim telah berkata kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

“Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan perintahkanlah untuk berbuat kebaikan dan cegahlah dari perbuatan kemungkaran, serta bersabarlah terhadap apa yang telah menimpa dirimu, karena sesungguhnya hal yang demikian adalah merupakan perkara-perkara yang diwajibkan (oleh Allah Swt),” (QS. Lukman: 17).

“Di dalam kita beramar ma’ruf dan nahi mungkar, pastilah akan menghadapi kesulitan dan rintangan, yang semua itu janganlah sampai membuat kita putus asa serta harus bersabar, karena ini adalah merupakan azimah (kewajiban), dan tidak ada rukhsah (keringanan) di dalamnya,” ucap Syekh Yusri.

Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain