Dari kiri ke kanan, Moderator Frisca Clarisa, Tokoh Muda NU Zuhairi Misrawi, Direktur Voxpol Center Pangi Syarwi  Chaniago, Wasekjen DPP PPP Achmad Baidowi, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing dan Direktur LSIN Yasin Mohammad saat menjadi pembicara dalam Diskusi Dialektika di Kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (11/2/18). Diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara ini mengambil tema " Berebut Cawapres Jokowi : Peluang Koalisi Nasionalis-Santri". AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai kontelasi Pemilu Presiden 2019 bisa berubah setelah hasil Pilkada serentak 2018, karena menjadi salah satu tolak ukur kekuatan partai politik dalam mendulang suara.

“Peta politik Pilpres bisa berubah, dan salah satunya karena suara PDI Perjuangan dan Partai Gerindra banyak yang menurun di basis suara mereka,” kata Pangi di Jakarta, Jumat (29/6)

Dia mencontohkan untuk Pilkada Jawa Barat, seharusnya di wilayah tersebut dapat dimaksimalkan Partai Gerindra untuk mendulang suara karena di Pilpres 2014, Prabowo mendulang suara di wilayah tersebut.

Dia menduga, PDI-P yang mengusung TB Hasanuddin-Anton di Pilkada Jabar hanya untuk melihat sejauh mana mesin partai bekerja.

“Saya menduga kalau PDI Perjuangan di Pilkada Jabar dengan mengusung pasangan TB. Hasanuddin-Anton Charlyan hanya ‘cek ombak’, untuk melihat dan menguji mesin partai bergerak atau tidak. Lalu di Pilkada Sumatera Utara, kalau Djarot menang, Joko Widodo aman di wilayah tersebut namun kenyataannya kalah,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara