Ferry juga memaparkan, pada tahun ini juga dipenuhi dengan berbagai sentimen faktor nonteknsi antara lain kondisi tahun politik yang juga mempengaruhi perilaku investor properti.

Berbeda dengan di CBD atau sentrabisnis Jakarta, di kawasan non-CBD tingkat okupansi dinilai masih tinggi, tetapi baru akan terasa pada tahun depan karena pasokan akan bertambah di non-CBD terutama pada 2019.

“Tahun depan dengan pasokan yang cukup tibggi, okupansi juga akan turun menjadi 80 persen pada 2019,” katanya.

Secara keseluruhan, ujar dia, kombinasi besarnya ruang kantor yang belum terserap dan tambahan gedung kantor baru akan membuat kinerja pasar perkantoran di Jakarta semakin tertekan terutama kepada tarif sewa dan tingkat hunian.

Untuk itu, Ferry merekomendasikan kepada pemilik properti perkantoran di Jakarta agar dapat lebih fleksibel dan menawarkan beragam insentif kepada calon penyewa.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid