Jakarta, Aktual.co —Sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional Remaja I Tahun 2014, Jawa Timur dianggap mengabaikan semangat sportivitas dan “fair play” demi meraih juara umum.
Tudingan dilontarkan komandan Kontingen DKI Jakarta, Icuk Sugiarto, berdasarkan pengamatan ofisial timnya di lapangan selama jalannya pertandingan di PON Remaja I.
Saat jumpa pers di Posko Kontingen DKI Jakarta, Icuk membeberkan beberapa kejadian yang dinilainya sebagai ‘menghalalkan segala cara’ yang dilakukan tuan rumah demi mencapai ambisi merebut kemenangan.
Contohnya, kasus empat juara bersama pada cabang olahraga senam yang melibatkan dua atlet Jatim. Pada cabang ini, muncul aturan yang secara tiba-tiba membolehkan satu daerah mengikuti dua nomor pertandingan. Padahal medali emas hanya ada tiga keping.
“Itu baru pertama kali terjadi di dunia olahraga. Sehingga memunculkan dugaan ada permainan yang menguntungkan salah satu kontingen untuk mengatrol perolehan medali,” katanya, di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/12).
Icuk juga menyoroti penetapan kuota atlet di cabang tenis meja, bulu tangkis dan tenis lapangan. Tuan rumah dinilainya mendapat perlakuan khusus bisa mendaftarkan empat atlet. Sementara kontingen lain hanya dijatah dua atlet.
Belum lagi aksi pengerahan suporter Jatim yang dianggap berlebihan. Hingga dianggap mengintimidasi atau meneror atlet daerah lain.
Lalu kasus terakhir, kata dia, saat munculnya keputusan Dewan Hakim PON Remaja secara tiba-tiba.
“Yang melarang atlet tenis DKI berlaga, juga sangat aneh. Masalah keabsahan atlet sudah selesai sebelum PON Remaja digelar, kok sekarang dipermasalahkan lagi, ini ada apa,” kata Icuk.
Pihaknya, kata Icuk, telah melayangkan surat protes ke PB PON Remaja. Yang ditembuskan ke Menpora, KONI Pusat, Gubernur Jatim, dan sejumlah induk cabang olahraga. Terkait munculnya berbagai keganjilan di PON Remaja I di Jatim.
Artikel ini ditulis oleh:

















