Jakarta, Aktual.com — Pemerintah menegaskan peran ekonomi kreatif (ekraf) sebagai salah satu penopang utama perekonomian nasional. Setelah satu tahun masa kerja, kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat telah melampaui Rp1.500 triliun dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 26,47 juta orang, mayoritas berasal dari kelompok usia muda.

Laporan capaian tersebut disampaikan Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekraf Teuku Riefky Harsya dalam Rapat Terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Rabu (5/11).

Riefky menyebut ketahanan ekraf terbukti kuat di tengah tekanan ekonomi global. Pada semester pertama 2025, investasi sektor ini mencapai Rp90,1 triliun atau 66 persen dari target tahunan. Sementara nilai ekspor menembus 12,9 miliar dolar AS, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Subsektor fesyen, kriya, dan kuliner masih menjadi tulang punggung ekspor, dengan Amerika Serikat sebagai pasar utama disusul Swiss, Jepang, dan Uni Emirat Arab.

Pusat aktivitas investasi ekraf masih bertumpu di Jakarta dengan nilai Rp25,97 triliun, lalu Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Namun, pertumbuhan ekonomi kreatif disebut tidak lagi bersifat sentralistik.

“Banyak inisiatif dan pelaku muda yang justru lahir dari daerah. Ekraf bergerak dari komunitas, lalu membentuk ekosistem yang lebih besar,” kata Riefky kepada wartawan di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

Memasuki 2026, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah untuk memperkuat dampak ekonomi kreatif, terutama dalam peningkatan ekspor, akses investasi, dan pengembangan tenaga kerja.

Salah satunya melalui pengembangan Ekraf Business Forum yang akan memperluas kolaborasi dengan negara mitra seperti Prancis, UEA, Saudi, Jerman, dan Rusia. Indonesia juga akan kembali menjadi tuan rumah World Conference on Creative Economy (WCCE) 2026 yang diikuti lebih dari 50 negara, untuk mempertegas posisi Indonesia sebagai pusat ekosistem kreatif global.

Dari sisi peningkatan ekspor, pemerintah menargetkan capaian USD 27,85 miliar melalui program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (ASIK) dan kampanye internasional Creative by Indonesia. Program ini dirancang untuk membangun identitas global produk kreatif lokal, serupa strategi branding Cool Japan dari Jepang maupun Kitchen of the World dari Thailand.

Pemerintah juga menyiapkan skema insentif bagi subsektor film, gim, dan aplikasi guna mendorong komersialisasi kekayaan intelektual. Sementara penguatan talenta dilakukan melalui pelatihan digital Gen Matic dan Emak Matic serta inkubasi pekerja kreatif melalui program Kreatorium.

Untuk memberi arah jangka panjang, pemerintah tengah menyusun Rencana Induk Ekonomi Kreatif (Rindekraf) 2026–2045 sebagai panduan pengembangan ekosistem kreatif hingga dua dekade ke depan.

“Dengan arah kebijakan yang jelas dan dukungan lintas kementerian serta daerah, kita optimistis ekonomi kreatif dapat menjadi pilar menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Riefky.

Laporan: Rachma Putri

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi