TOPSHOT - An aerial view shows the earthquake and tsunami devasted neighbourhood in Palu, Indonesia's Central Sulawesi on October 1, 2018. - The death toll from the Indonesian quake-tsunami nearly doubled to 832 but was expected to rise further after a disaster that has left the island of Sulawesi reeling. (Photo by JEWEL SAMAD / AFP)

Palu, Aktual.com – Masyarakat terdampak gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) di sejumlah desa di Kabupaten Sigi sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah ataupun organisasi masyarakat untuk kebutuhan makan dan minum.

Warga Desa Langaleso Alias Ririn mengatakan di Sigi, Kamis (4/10), bahwa warga di desanya belum mendapatkan bantuan logistik dari instansi manapun.

“Kami butuh beras, butuh pakaian dan tenda,” kata Alias menceritakan tubuhnya yang mulai gatal-gatal karena harus tidur di terpal yang biasa dipakai untuk padi.

Dia mengatakan sebagian warga desa yang terdampak membuat tenda sendiri di halaman rumah atau jalan karena masih belum berani tidur di dalam rumah.

Satu dusun di Desa Langaleso terkena lumpur yang mengalir dari Desa Jono Oge yang letaknya bersebelahan. Desa Jono Oge berpindah tempat ke Desa Langaleso akibat likuifaksi di mana lumpur menyembur dari dalam tanah dan menyeret ke desa sebelah.

Tim evakuasi gabungan diterjunkan di salah satu dusun di Desa Langaleso untuk mencari jenazah yang terpendam lumpur. Dikabarkan bahwa ada ratusan anak SMA yang sedang melaksanakan kegiatan di salah satu gereja setempat terjebak dalam lumpur.

Di Desa Langaleso terdapat tenda tim DVI Polri untuk keperluan identifikasi jenazah. Tenda tersebut juga menjadi tempat pelayanan kesehatan dengan satu orang tenaga kesehatan yang bersiaga.

Dokter Sudarman dari Universitas Haluoleo Kendari mengatakan anak-anak di Desa Langaleso mulai terkena ISPA dan diare. Sejumlah balita juga kekurangan asupan susu.

“Banyak bayi yang ngga dapat susu, padahal mereka dalam fase ASI eksklusif. Bahkan kemarin ada bayi yang datang hanya minum air gula saja,” kata Sudarman.

Salah satu korban selamat dari Desa Jono Oge Syaiful mengatakan dirinya dan warga lain yang mengungsi di Desa Sidera membutuhkan makanan dan minuman.

Syaiful bersama adik iparnya, Agus, berkeliling menggunakan sepeda motor untuk meminta bantuan kepada orang yang dikenalnya. Dia menunjukan kubis dan kembang kol yang diambil dari kebun milik temannya untuk dibawa ke posko pengungsian.

Dia menjelaskan selama enam hari pascagempa dirinya bersama warga desa yang menungsi hanya mengandalkan bantuan ala kadarnya dari tetangga yang tak terlalu parah terdampak gempa.

Agus menuturkan bantuan yang mendesak dibutuhkan saat ini ialah makanan, perlengkapan tenda, pakaian, dan bahan bakar minyak.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan