Masjid kuno di Gaza hancur dibom Israel. Foto: WAFA

Jakarta, aktual.com – Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa dalam rentang 24 jam terakhir hingga Senin (25/12), sebanyak 250 warga Palestina telah meninggal dunia. Serangan intensif dari pasukan Israel juga menyebabkan 500 orang mengalami luka-luka, yang bertepatan dengan perayaan Hari Natal.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan tegas memberikan peringatan bahwa perang tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Pernyataan ini disampaikannya pada saat komunitas internasional mendesak Israel untuk menghentikan aksi serangan dan kembali melakukan gencatan senjata.

Serangan Israel ke Gaza pada Hari Natal dilakukan melalui operasi darat dan serangan udara. Dalam serangan udara di kamp pengungsian Maghazi, dilaporkan bahwa 106 warga sipil tewas.

“Kami tak akan berhenti. Kami akan melanjutkan perang dan kami akan memperluas serangan dalam beberapa hari ke depan,” kata Netanyahu, dikutip dari SkyNews, Selasa (26/12).

“Ini akan jadi perang yang panjang,” ia menambahkan.

Netanyahu menyatakan bahwa tanpa tekanan militer dari pasukan Israel, tidak mungkin untuk membebaskan 100 tawanan yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober. Ia yakin bahwa masih ada 129 sandera yang saat ini ditahan di Gaza.

Upaya mediasi yang dilakukan oleh Mesir dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza tampaknya belum mencapai kesepakatan. Menurut dua sumber dari Mesir, Hamas menolak gencatan senjata jika salah satu syaratnya adalah menyerahkan kekuasaannya di Gaza.

Sementara itu, Israel terus melancarkan serangan udara ke pemukiman warga Palestina. Pihak Israel menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan kendali di wilayah utara Gaza.

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah warga Gaza yang telah tewas mencapai 20.764, sedangkan 54.536 lainnya mengalami luka-luka. Seiring dengan itu, sekitar 1.200 pasukan Israel dilaporkan tewas akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Menurut PBB, lebih dari setengah juta orang di Gaza mengalami kelaparan karena keterbatasan asupan makanan yang dapat masuk ke wilayah tersebut. Mayoritas dari populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah terusir dari rumah mereka. PBB menggambarkan situasi di Gaza saat ini sebagai suatu kondisi yang mirip dengan ‘kiamat’.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain