Hal itu menurutnya karena mobil Toyota Calya yang dikendarai anaknya masuk ke tengah diantara kepala truk dengan badan tangka. Sehingga terdapat kerusakan. Namun pelek mobil tidak penyok ataupun rusak.
Lebih lanjut David mengatakan, atas dasar tersebut pihaknya hendak menemui jajaran direksi PT Pertamina Patra Niaga. Namun dirinya hanya ditemui oleh PT Garda Utama Nasional selaku perusahaan penyedia sopir untuk PT Pertamina Patra Niaga.
“Jika PT Pertamina Patra Niaga benar-benar mengutamakan keselamatan, tentu tangki yang digunakan tidak akan bocor. Sebab ledakan terjadi karena ada kebocoran tangki sehingga mengeluarkan cairan yang mudah terbakar, kemudian ketika ada percikan api sedikit tentu akan terbakar,” tuturnya.
David pun mengatakan, kematian anaknya dapat dipastikan karena terkena imbas dari ringkihnya material tangki yang digunakan PT Pertamina Patra Niaga, sehingga anaknya meregang nyawa. Sementara PT Garda Utama Nasional hanya selaku penyedia jasa sopir untuk mengendarai armada milik PT Pertamina Patra Niaga.
“Saya tidak ada urusan sama PT GUN karena mereka hanya penyedia sopir, yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini adalah PT Pertamina Patra Niaga,” ujarnya.
David menjelaskan, dirinya hanya mau bertemu pihak PT Pertamina Patra Niaga untuk membicarakan masalah tanggung jawab atas kematian anaknya. Tapi jika hal ini tidak direalisasikan, maka dirinya akan menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan.
Sebelumnya diberitakan, kecelakaan maut antara truk pengangkut BBM dan mobil mini bus toyota Calya menewaskan 3 orang pada Minggu (21/7/2019) lalu.
Korban tewas atas nama Asep Abdurohman dan Ahmad Wagiyanto merupakan sopir dan kernet truk tangka yang hendak menyalurkan BBM menuju Jati Bening, Bekasi.
Sedangkan korban mini bus Toyota Calya atas nama Peter Christian juga tewas saat kecelakaan yang terjadi sekira pukul 01.45 WIB tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid