Jakarta, Aktual.com — Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas mengatakan pernyataan dari korban tindak pencurian data nasabah (phishing) atasnama Firdaus, yang menyebut uang senilai Rp100 triliun masuk ke rekeningnya dalam keterkaitan kasus kehilangan Rp 49.157.889 di rekeningnya adalah sebuah rekayasa.
“Wah ceritanya tidak seperti itu, malah dia rekayasa itu Rp100 triliun,” kata dia kepada Aktual, Senin (10/8).
Seperti diketahui, dalam pernyataannya, Firdaus menyebut sempat ada dana senilai Rp100 Triliun yang masuk ke rekeningnya pasca terjadinya pengurangan saldo.
“Uang saya kembali, tapi tidak bisa ditarik. Kemudian saya langsung telepon pihak Mandiri, mereka menyarankan untuk melakukan log out. Setelah log in lagi, masuklah uang Rp 100 triliun ke rekening saya. Saya langsung memberi tahu pihak bank dan saat itu langsung diblokir. Ketika saya log out lagi, ternyata sisa saldo saya tinggal Rp -9.999,” ujarnya menjelaskan terkait pengecekan saldo internet banking yang dilakukannya pada 19 Juni 2015, dan ada uang masuk ke rekening senilai dengan uang yang hilang.
Lebih lanjut dikemukakan dia, “phishing” yang dialami dua warga Bengkulu itu akibat virus yang disebar di komputer.
“Kami telah menerima pengaduan Bapak Firdaus atas transaksi transfer sebesar Rp 49.157.889. Kami pun telah melakukan penelusuran atas pengaduan tersebut. Dari hal itu, kami mendapati Bapak Firdaus terindikasi menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan mencuri data-data nasabah melalui virus yang disebarkan ke komputer milik yang bersangkutan,” papar dia.
Terkait kasus tersebut, kata dia, pihaknya telah melaporkan kepada OJK sebagai bentuk tanggungjawab dlm merespon keluhan nasabah atau masyarakat.
“Kami bersimpati atas musibah yang dialami Bapak Firdaus, namun kami menyayangkan nasabah memberikan informasi yang tidak benar mengenai saldo Rp100 triliun dan hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi hukum. Saldo tersebut merupakan tulisan tangan nasabah bersangkutan,” imbuhnya.
Sebagai institusi yang taat asas, Bank Mandiri akan mendukung pihak berwajib untuk menyelesaikan kasus ini, sekaligus mencegah kasus tersebut tidak terulang kembali sehingga tidak mengganggu kemajuan industri perbankan nasional.
Dalam hal ini, Bank Mandiri mengimbau bahwa masyarakat perlu mewaspadai permintaan-permintaan mencurigakan seperti sinkronisasi token. Masyarakat tidak perlu mengikuti perintah tersebut.
Dan jika menghadapi permintaan dimaksud, masyarakat dapat melaporkannya ke contact center Bank terkait.
“Bagi nasabah Bank Mandiri dapat melaporkannya ke Mandiri Call 14000 atau melalui akun @mandiricare,”
Seperti diwartakan sebelumnya, dua warga Bengkulu menjadi korban tindak pencurian data nasabah (phishing) setelah saldo di rekeningnya berkurang drastis.
Dalam konferensi pers, Sabtu (8/8/2015), di Bengkulu, salah satu nasabah bernama Firdaus mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 Juni 2015. Saat itu ia melakukan transaksi melalui M-Banking senilai Rp 8.465.000. Setelah transaksi berhasil, ia kemudian melakukan pengecekan saldo dan terkejut mengetahui saldonya banyak berkurang, lebih dari nilai transfernya saat itu.
“Setelah melakukan pengecekan, ternyata uang saya terpotong Rp 49.157.889 yang ditransfer ke Bank BTN cabang Nusa Dua Bali nama Risto Matillah yang merupakan warga negara Finlandia,” kata Firdaus.
Tak hanya berkurang drastis, dalam kasus tersebut korban juga mengaku mendapat kiriman sejumlah uang senilai dengan uang yang hilang pasca menghubungi pihak Bank Mandiri setelah pengurangan saldo, bahkan masuk pula dana senilai miliaran hingga triliunan rupiah.
Demikian pula yang dialami Seprinaldi. Pada tanggal 29 Juni 2015, ia melakukan transaksi m-banking senilai Rp 10 juta. Transaksi tersebut sempat mengalami gangguan, tetapi akhirnya berhasil. Setelah itu, Seprinaldi melakukan pengecekan saldo dan ternyata uangnya hilang sekitar Rp 49 juta. Dari saldo yang seharusnya sekitar Rp 65 juta, hanya tersisa Rp 6 juta.
“Saya juga terkejut saat saya cetak buku rekening terdapat uang Rp 3 miliar pernah masuk ke rekening dan saya tidak mengetahui uang apa itu,” kata Seprinaldi.
Artikel ini ditulis oleh: