Jakarta, Aktual.co — Kabut asap kembali muncul dan menyelimuti Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, akibat kebakaran lahan yang marak terjadi lagi.
“Kabut asapnya kembali parah, bahkan sepanjang hari. Biasanya kabut asap hanya terjadi pagi hari, sekarang ini asap pekat menyelimuti sampai sore,” kata Alfian, warga Jalan HM Arsyad Sampit, Sabtu (1/11).
Kabut asap sepanjang Sabtu cukup pekat. Tidak hanya pagi hari, kabut asap terjadi hingga sore sehingga cukup mengganggu kenyamanan masyarakat yang beraktivitas.
Kabut mengganggu jarak pandang sehingga masyarakat yang berkendaraan harus mengurangi kecepatan. Tidak sedikit pula warga yang mengeluh mata mereka perih karena terkena asap yang diperkirakan bercampur debu bekas kebakaran lahan.
Di beberapa lokasi seperti di kawasan Jalan Pramuka, warga dan sekitarnya harus membersihkan pelataran rumah mereka lantaran banyak dijatuhi abu bekas rumput terbakar yang terbawa angin.
“Padahal sudah enak seminggu lalu udara kita bersih tanpa asap, tapi sekarang kabut asap kembali terjadi. Mudah-mudahan pemerintah bisa segera mengatasi kebakaran lahan ini supaya kondisinya tidak bertambah parah seperti bulan lalu,” kata Fauzi, warga Kecamatan Baamang.
Kebakaran lahan dan kabut asap masih menjadi momok bagi masyarakat Kotim. Sebabnya ialah saat asap pekat menyelimuti langit kota itu, kegiatan masyarakat menjadi terganggu, bahkan beberapa waktu lalu penerbangan di Bandara Haji Asan sering dibatalkan karena kabut asap mengganggu jarak pandang aman untuk penerbangan.
Penderita infeksi saluran pernafasan atas juga meningkat tajam. Dinas Kesehatan membagikan ribuan masker kepada masyarakat untuk mengurangi dampak meningkatnya penyakit akibat terhirup asap bercampur debu.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Haji Asan Sampit memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena kekeringan di daerah tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan November nanti.
“Kalau melihat kondisi ini, kami memerkirakan potensi hujan masih kecil hingga sepuluh hari hingga dua minggu ke depan. Jadi ini harus kita waspadai,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni.
Yulida menjelaskan meningkatnya suhu di kawasan Pasifik turut memengaruhi kondisi di Kotim. Rendahnya kelembaban membuat awan hujan sulit terbentuk sehingga potensi turunnya hujan juga masih kecil.
Menyikapi kondisi itu, masyarakat diingatkan untuk tetap waspada, khususnya agar kebakaran lahan dan kabut asap tidak makin parah seperti beberapa waktu lalu. Upaya pemadaman kebakaran lahan juga harus terus dilakukan.

Artikel ini ditulis oleh: