Jakarta, Aktual.com —  Deputi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Yusnang mengatakan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank perkreditan rakyat (BPR) di Sulut mengalami peningkatan sebesar 21,84 persen pada semester pertama tahun 2015.

“Pada Juni 2015 NPL BPR Sulut sebesar Rp92,33 miliar, meningkat 21,84 persen dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp75,78 miliar,” kata Yusnang di Manado, Sabtu (8/8).

Peningkatan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tersebut menandakan bahwa kesadaran masyarakat dalam pengembalian kredit ke bank masih rendah.

NPL di sektor pertanian mencapai Rp542 juta, sektor industri Rp912 juta, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp4,91 miliar, sektor jasa-jasa Rp765 juta, serta lainnya mencapai Rp85,20 miliar,” katanya.

Peningkatan NPL ini, katanya, pertanda kurang baik bahwa kredit bermasalah di Sulut semakin meningkat, kendati perbankan terus kerja keras dari namun niat debitur dalam pengembalian pinjaman masih kurang.

“Memang secara nilai mengalami peningkatan, juga secara rasio NPL hingga Juni 2015 masih sebesar 13,27 persen yakni berada di atas ketentuan BI hanya 5 persen,” jelasnya. Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DPD Sulut Denny Senduk mengatakan, terjadinya NPL yang cukup tinggi pada BPR di Sulut karena pembiayaan ganda atau double financing.

“Pembiayaan ganda tersebut membuat nasabah tidak lancar mengembalikan pinjaman ke BPR,” katanya.

Oleh karena itu, perlu ada koordinasi yang baik antarperbankan dengan lebih melihat lagi data dalam BI checking,” ungkapnya.

BI berharap, BPR tetap menyalurkan kredit ke sektor produktif namun harus penuh dengan kehati-hatian, katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka