Jakarta, Aktual.co — Pemerintah Rusia terpukul dengan penurunan harga minyak dan hancurnya nilai rubel (mata uang Rusia).
The Global Times Edisi Tiongkok mengamati dua pandangan berbeda Tiongkok kepada Rusia, yaitu adanya orang-orang yang meremehkan Rusia karena mereka dipengaruhi Barat dan ada orang lain yang berharap runtuhnya pemerintahan Vladimir Putin.
“Namun bodoh untuk menyikat hubungan Beijing-Moskow. Tiongkok dan Rusia memiliki sumber daya strategis satu sama lain. Jika hubungan Moskow-Beijing pecah, Washington akan lebih kejam terhadap Beijing,” tulis harian itu, seperti dilansir dari BBC News.
Penurunan nilai rubel mungkin menyakiti perdagangan bilateral dalam jangka pendek, namun Tiongkok harus menghormati Rusia dan bukan memanfaatkan, selama masa krisis ekonomi yang sulit.
Beberapa media mendesak Tiongkok untuk belajar dari Rusia dan tak terlalu mengandalkan ekspor sumber daya alam. Sebuah artikel di Beijing Youth Daily mencatat bahwa Rusia hanya mengandalkan ekspor minyak untuk pertumbuhan ekonomi, namun belum dikembangkan sektor lain seperti manufaktur dan jasa.
Rubel menghadapi serangan spekulatif, menambahkan bahwa negara-negara yang mata uangnya tak hegemonik rentan terhadap serangan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: