Tokyo, aktual.com – Harga minyak berjangka turun di sesi Asia pada Rabu (6/4) pagi, memperpanjang kerugian hari sebelumnya karena dolar AS yang lebih kuat mendorong penjualan baru, sementara data menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS dan perpanjangan penguncian Shanghai memicu kekhawatiran permintaan yang lebih lambat.
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 97 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 105,67 dolar AS per barel pada pukul 00.29 GMT. Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 98 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 100,98 dolar AS per barel.
Harga minyak Brent turun 0,8 persen pada Selasa (5/4/2022) dan WTI kehilangan 1,3 persen.
“Dolar yang lebih tinggi, peningkatan stok minyak mentah AS dan kekhawatiran atas permintaan yang lebih lemah di China karena penguncian Shanghai yang terus berlanjut menambah tekanan,” kata Manajer Umum Penelitian Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa.
“Harga minyak kemungkinan akan bertahan di sekitar 100 dolar AS per barel untuk sementara waktu di tengah kekhawatiran permintaan dan ekspektasi untuk tidak ada konflik di Timur Tengah selama bulan Ramadhan, tetapi mungkin akan naik lagi setelah Ramadhan dan saat musim mengemudi AS dimulai,” kata dia.
Dolar AS mencapai level tertinggi dalam hampir dua tahun pada Selasa (5/4/2022), dipicu oleh komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve (Fed) yang mendorong pengurangan cepat dalam neraca bank sentral yang membengkak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Stok minyak mentah dan sulingan AS naik minggu lalu sementara persediaan bensin turun, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (5/4/2022).
Stok minyak mentah AS naik 1,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 1 April, terhadap perkiraan analis untuk penurunan 2,1 juta barel.
Kekhawatiran permintaan juga meningkat setelah otoritas di importir minyak utama China memperpanjang penguncian di Shanghai untuk mencakup semua 26 juta orang di pusat keuangan itu.
Namun, kerugian terbatas karena potensi sanksi lebih lanjut menyusul dugaan kejahatan perang oleh pasukan Rusia di Ukraina menimbulkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan.
Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskiy mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (5/4/2022) bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas apa yang dia dan banyak pemimpin Barat sebut sebagai kejahatan perang, ketika Amerika Serikat dan sekutunya bersiap untuk memperluas sanksi.
Inggris mendesak negara-negara G7 dan NATO pada Selasa (5/4/2022) untuk melarang kapal-kapal Rusia dari pelabuhan mereka, menyetujui jadwal untuk menghapus impor minyak dan gas dari Rusia, dan lebih lanjut memperketat sanksi terhadap bank dan industri utama.
Sementara itu negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) masih mendiskusikan berapa banyak minyak yang akan mereka keluarkan bersama-sama dari penyimpanan ke pasar yang dingin, tiga sumber mengatakan kepada Reuters, menambahkan bahwa pengumuman diharapkan dalam beberapa hari mendatang.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Rizky Zulkarnain