Jakarta, aktual.com – Wandy N. Tuturoong, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), menyatakan bahwa tidak masalah jika bakal calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) berharap mendapatkan dukungan dari Presiden RI Joko Widodo.
Menurut Wandy, ini tidak terlepas dari tingginya kepercayaan publik terhadap Jokowi. Karena itu, bakal capres dan cawapres tersebut mencoba mengaitkan diri mereka dengan sosok Jokowi untuk mendapatkan dukungan mayoritas pemilih.
“Dengan mengasosiasikan diri dekat dengan Pak Jokowi, mereka mengharapkan akan mendapatkan dukungan mayoritas pemilih. Sah-sah saja,” kata Wandy saat dihubungi ANTARA dari Jakarta pada hari Rabu (16/8/2023).
Dia menambahkan, ini juga terkait dengan “efek Jokowi” atau Jokowi’s effect. Wandy mengingatkan pernyataan Jokowi bahwa calon presiden atau calon wakil presiden yang terpilih harus membawa Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
“Pak Jokowi sudah mengatakan bahwa siapa pun yang menjadi pemimpin atau Presiden nanti, yang penting memiliki nafas panjang untuk membawa Indonesia menjadi negara maju di 2045,” ujar dia.
Pernyataan tersebut adalah tanggapan Wandy terhadap pidato kenegaraan Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, pada hari Rabu.
Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan bahwa dia bukan ketua umum partai politik yang berwenang menentukan capres dan cawapres. Dia juga menegaskan bahwa dia bukanlah “Pak Lurah” yang sering dimintai panduan terkait kontestasi Pilpres mendatang.
“Jadi, saya ingin mengatakan itu bukan wewenang saya, bukan wewenang ‘Pak Lurah’, bukan wewenang ‘Pak Lurah’, sekali lagi. Walaupun saya paham sudah jadi nasib seorang presiden untuk dijadikan paten-patenan dalam Bahasa Jawa, dijadikan alibi, dijadikan tameng,” katanya.
Jokowi juga menyadari bahwa meskipun kampanye Pemilu 2024 belum dimulai, fotonya sudah banyak dipasang di berbagai tempat dan disandingkan dengan tokoh-tokoh bakal calon presiden. Namun, dia tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah.
“Ya, saya harus ngomong apa adanya. Saya ke Provinsi Aceh, ada; ke kota B, eh, ada; ke kabupaten C, ada juga. Sampai ke tikungan-tikungan desa, saya lihat ada juga; tapi bukan foto saya sendirian. Ada di sebelahnya bareng (bakal) capres. Ya, saya kira menurut saya juga ndak apa, boleh-boleh saja,” ujar Presiden.
Artikel ini ditulis oleh: