Jakarta, Aktual.co — Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) menyatakan bahwa hipotesa dan pemahaman tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) di bawah Faisal Basri terkait Petral tidak sepenuhnya benar.
Menurut Presiden KSPMI Faisal Yusra, pernyataan tim RTKM yang menyebut bahwa Petral membeli minyak melalui trader itu menunjukan bahwa Faisal Basri tidak memahami betul soal Petral. Pasalnya, sejak 2012 Petral sudah tidak pernah lagi membeli minyak melalui trader, melainkan melalui tiga pihak yakni National Oil Company (NOC), International Oil Company (IOC) dan negara produsen minyak.
“Dalam konteks sekarang ya, kami bicara dalam konteks yang sekarang. Kalau terjadi di masa lalu sebelum tahun 2012 artinya orang-orangnya dong yang di berangus. Orang itu yang di borgol,” kata Yusra saat ditemui di Jakarta, Minggu (7/12).
Apakah data yang disebut tim RTKM itu data lama?
Yusra menyebut bahwa ada dua kemungkinan, pertama itu memang data lama sebelum tahun 2012. Kedua, itu kesalahpahaman tim RTKM menilai mekanisme pembelian yang terjadi dengan pihak IOC.
“Sejak tahun 2012 kita kan berkontrak dengan IOC. Mekanisme IOC kan dikirim dua bulan ke depan, kan ada kemungkinan ketika setelah dua bulan dan barang akan di kirim stoknya habis, maka dia cari sampai dapat karena kan bertanggung jawab di kita. Nah dapatnya bisa saja dari perusahaan Hin Leong tadi untuk menyuplai kita. Tapi tanggung jawabnya tetap ada pada si IOC itu,” terangnya.
Ia menganalogikan hal itu selayaknya kita sedang mencari smartphone disebuah toko di sentra penjualan elektronik. Pada saat si penjual tidak punya barang, maka si penjual akan mengambil dari toko sebelah lalu menjual kepada kita dengan harga sama seperti yang pada awalnya ditawarkan atau disepakati.
“Itu sederhana saja, minyak kan ada dimana-mana di dunia. Sama seperti kita akan membeli handphone di Glodok. Pada saat si penjual tidak punya barang, maka si penjual akan mengambil dari toko sebelah. Sebagai pembeli kita kan melihat itu tanggung jawab si penjual terhadap toko sebelah kan? Yang penting dijual ke kita itu harganya tidak berubah kan? Sesimpel itu,” jelasnya.
Ia menjelaskan, hal itu biasa disebut Hedging dan merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis migas.
“Itu namanya hedging, itu biasa dalam dunia bisnis migas. Jangankan minyak, jual beli Handphone saja bisa hedging seperti itu kan? Yang penting kan kalau ada apa-apa kita menuntut kepada IOC,” tutupnya. 

Artikel ini ditulis oleh: