Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo memimpin pembicaraan bilateral Indonesia dengan Bangladesh, Mozambik, Yaman, Iran dan India di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) 2017.
Dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo ditemani antara lain oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Sekretariat Negara Pratikno, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir.
“Jadi itu pertemuan bilateral tadi memang membicarakan kerja sama. Pertama dengan Bangladesh, memang perdagangan kita dengan mereka, kita surplusnya agak besar dan mereka mau memesan lagi gerbong kereta api sebesar 200 gerbong,” kata Darmin seusai pertemuan bilateral, Selasa (7/3).
Delegasi Bangladesh dipimpin oleh Perdana Menteri Bangladesh Hasina Wajed.
“Tapi mereka juga mengatakan kalau mereka punya industri farmasi yang murah dan bagus, ingin kerja sama, dan Presiden tadi mengatakan dengan senang hati swasta dengan swasta bekerja sama atau BUMN mereka dengan BUMN kita silakan bekerja sama, jadi kerja sama antara ‘business to business,” ungkap Darmin.
Presiden Joko Widodo juga bertemu dengan delegasi Mozambik yang dipimpin Presiden Filipe Jacinto Nyusi.
“Anda tahu di mana posisi Mozambik? Dia itu di Afrika pasti kuat di perikanan. Mereka adalah negara yang maritim, tapi mereka juga kuatnya di pertanian, di kapas. Banyak tadi pembicaraan soal itu tapi dia juga membicarakan mengenai ‘illegal fishing’ dan bagaimana pengalaman di Indonesia,” tambah Darmin.
Berselang 10 menit, Presiden Jokowi selanjutnya menemui Presiden Yaman Abdur Rabbuh Mansour Had dan rombongan.
“Ketiga Yaman, kalau dengan Yaman karena habis perang, mereka mau membangun kembali sehingga pengusaha-pengusaha kita diundang untuk investasi di sana untuk membangun kembali Yaman. Presiden meminta perhatian agar mahasiswa-mahasiswa Indonesia masih ada yang tertinggal di sana, karena ada 2600 yang sudah pulang tapi ada 600 yang tinggal yaitu di kota Salalah. Presiden tadi juga minta agar bagaimana mereka aman dan bisa kembali,” jelas Darmin.
Selanjutnya, Presiden menemui Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan rombongan untuk membicarakan mengenai kerja sama di bidang energi.
“Kemudian dengan Iran itu, mereka datang ke sini dan mengingatkan bahwa mereka siap untuk merealisasikan kerja sama dengan kita baik mengenai ladang minyak yang dipegang Pertamina di sana. Kemudian mereka juga menginginkan supaya ada sistem banking yang langsung tidak melalui negara ketiga seperti yang terjadi sekarang, supaya bisa lebih cepat,” tambah Darmin.
Tidak ketinggalan pembicaraan kerja sama di bidang kelistrikan yang rencananya akan menggandeng PLN.
“Mereka punya potensi besar di bidang kelistrikan itu untuk bekerja sama dengan PLN, kemudian dengan Pertamina, impor ‘crude oil’ dan gas, tapi bukan impor jangka panjang, baru secara sporadis,” ungkap Darmin.
Terakhir Presiden bertemu dengan Wakil Presiden India Mohammad Hamid Ansari.
“India itu sebenarnya juga Presiden baru ke sana pada Desember lalu mengatakan sudah ada follow up-nya di bidang farmasi. Mereka sudah mengirim ke sini para pengusaha dan menteri ke sini,” kata Darmin.
Pertemuan tingkat tinggi IORA digelar pada 5-7 Maret 2017 yang dihadiri oleh 21 negara anggota IORA dengan mengambil tema “Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean” (Memperkuat Kerja Sama Maritim untuk Kawasan Samudera Hindia yang Damai, Stabil, dan Makmur).
IORA beranggotakan 21 negara yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman. Terdapat empat kepala negara yang hadir dalam KTT yaitu dari Iran, Yaman, Mozambik dan Bangladesh.
Selain itu, IORA juga menggandeng tujuh negara mitra dialog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Prancis dan China. Terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA, yaitu “Indian Ocean Tourism Organization” (IOTO) dan “Indian Ocean Research Group” (IORG).
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka