Jakarta, Aktual.com – Kualitas udara di Jakarta pada Minggu (10/3) pagi ini tidak sehat bagi kelompok sensitif dan menduduki urutan sepuluh besar sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Menurut data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.30 WIB, Jakarta berada di peringkat ke-10 dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai 155, masuk dalam kategori tidak sehat akibat polusi udara PM2.5 dengan konsentrasi sebesar 62,8 mikrogram per meter kubik.
Angka ini menunjukkan bahwa kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat menyebabkan kerugian bagi manusia, hewan, serta dapat merusak tumbuhan dan nilai estetika.
Sementara itu, kategori baik menunjukkan kualitas udara yang tidak berdampak pada kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan, bangunan, atau nilai estetika dengan rentang PM2.5 0-50.
Kategori sedang menunjukkan kualitas udara yang tidak memengaruhi kesehatan manusia atau hewan tetapi dapat berdampak pada tumbuhan sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2.5 51-100.
Kategori sangat tidak sehat, dengan rentang PM2.5 200-299, menunjukkan bahwa kualitas udara dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Sementara itu, kategori berbahaya (300-500) menunjukkan bahwa secara umum kualitas udara dapat sangat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Kota dengan kualitas udara terburuk diurutan pertama adalah Kolkata (India) dengan indeks 196, diikuti oleh Dhaka (Bangladesh) dengan indeks 194, dan Delhi (India) dengan indeks 180. Lahore (Pakistan) menempati urutan keempat dengan indeks 179, sementara Karachi (Pakistan) berada di urutan kelima dengan indeks 177.
Urutan berikutnya adalah Hangzhou (China) di urutan keenam dengan indeks 160, Chengdu (China) di urutan ketujuh dengan indeks 158, Wuhan (China) di urutan kedelapan dengan indeks 158, dan Beijing (China) di urutan kesembilan dengan indeks 157.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyatakan bahwa pemasangan generator bertekanan tinggi untuk menyemprotkan butiran air (water mist generator) ke udara akan tetap dilakukan meskipun musim hujan.
“Ya tetap saja (pasang water mist), tidak ada perubahan penanganan polusi, tahun depan kan masih ada berulang musim panas,” kata Heru di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (23/11).
Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara (Satgas PPU) Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, hingga 17 November 2023, sebanyak 177 unit “water mist generator” telah dipasang di 143 gedung, baik pemerintah maupun swasta.
Satgas ini bertugas menyusun Prosedur Standar Operasional (SOP) penanganan pencemaran udara di Provinsi DKI Jakarta, mengendalikan polusi udara dari kegiatan industri, memantau kondisi kualitas udara secara berkala, serta dampak kesehatan dari polusi udara.
Selain itu, mereka melaksanakan tindakan pencegahan terhadap sumber pencemar, baik yang bergerak maupun yang tidak, termasuk penanggulangan keadaan darurat.
Langkah lain yang diambil adalah menerapkan wajib uji emisi kendaraan bermotor, meremajakan angkutan umum, dan mengembangkan transportasi ramah lingkungan.
Upaya juga dilakukan untuk meningkatkan ruang terbuka, pembangunan bangunan hijau, dan meningkatkan gerakan penanaman pohon serta melibatkan masyarakat dalam upaya perbaikan kualitas udara.
Terakhir, melaksanakan pengawasan ketaatan perizinan yang berdampak terhadap pencemaran udara dan penindakan terhadap pelanggaran pencemaran udara.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan