Pembangunan proyek properti di kawasan SCBD, Jakarta, Senin (14/12). Sektor properti masih akan menggeliat di 2016. Namun, harus didorong beberapa indikator seperti pertumbuhan ekonomi, perkembangan nilai tukar, hingga ekspektasi pasar. Selain itu, akan dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga The Fed (Fed rate) yang diperkirakan akan naik pada Desember tahun ini. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan ekonomi di Kuartal III-2016 hanya mencapai 5,02% atau lebih kecil dari Kuartal II-2016 lalu yang capai 5,18%. Diprediksi, hingga akhir tahun ini laju pertumbuhan ekonomi memang bisa bertengger di 5%, namun pertumbuhan seperti itu hanya ditopang oleh siklus belanja tanpa ada kreasi positif dari pemerintah.

Demikian disebut oleh pengamat ekonpmi yang juga Rektor Universutas Ekonomi, Firmanzah, di Jakarta, Senin (7/11).

“Saya rasa sampai akhir tahun lrbih tinggi sedikit dari 5,02%. Tapi tingginya pertumbuhan itu hanya karena ada siklus anggaran, bukan yang lain,” tegas Firmanzah.

Menurutnya, siklus anggaran yang dimaksud adalah belanja pemerintah yang biasanya dikebut di penghujung tahun.

“Sehingga dampaknya, akan ada dorongan dari sisi belanja baik di pusat maupun daerah. Jadi mudah-mudahan hingga akhir 2016, pertumbuhan bisa capai 5,0% sampai 5,08%,” jelas mantan Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bidang Ekonomi ini.

Dia menegaskan, kendati cukup melambat, memang relatatif masih baik, karena tembus 5%. Sebab banyak juga yang memperkirakan tidak tembus 5%. Pasalnya, pressure pasca-Idul Fitri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar.

“Memang 5,02% sudah cukup baik ya. Karena proyeksi banyak kalangan pertumbuhan kita rendah. Tapi dengan capaian kuartal III 5,02% sudah cukup baik lah. Jadi sudah di atas ekspektasi,” paparnya.

Tekanan itu, menurut Firmanzah, terkait demand atau permintaan yang begitu tinggi. Sementara supply atau pasokan kurang memadai.

“Sekarang 5,02% sedikit turun dari kuartal II-2016. Tapi di atas kuartal I-2016 dan lebih tinggi dibandingkan kuartal III tahun lalu,” jelasnya.

Sementara, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melihat lebih realistis. Pasalnya, tekanan dan tantangan terhadap pertumbuhan masih tinggi.

“Tantangannya masih sangat tinggi. Kami melihatnya kalau kita mencapai 5% saja sudah sangat bagus,” tegas Ketua Umum Kadin, Rosan Perkasa Roeslani.

Untuk itu, pemerintah diminta lebih realistis dan mau menerima banyak masukan dari segala pihak. Pemerintah sendiri memang menargetkan pertumbuhan ekonomi di APBN Perubahan 2015 sebesar 5,0%.

“Dari proyeksi Kadin, dan tidak melihat perkembangan perekonomian yang terjadi, memang pertumbuhan ekonomi jika sampai 5% itu sudah sangat bagus,” kata Rosan.[Busthomi]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid