Jakarta, Aktual.co — Terkait munculnya empat nama kandidat kuat Dirut atau Komisiaris Pertamina hasil Assesment PT DDI, peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) mengungkapkan ada ambisi keluarga Soemarno untuk menguasai bisnis migas di tanah air.
“Salah satu contoh kongkrit adalah proses pemilihan Dirut Pertamina. Setiap elite pasti ingin menguasai Pertamina, apalagi dengan kekuasaan sebagai menteri BUMN, tentu Rini Soemarno tidak akan membiarkan perusahaan ini jatuh ke tangan pihak lain yang bukan kolega, jaringan bisnis dan sekutunya,” ujar Salamuddin Daeng kepada Aktual di Jakarta, Kamis (13/11).
Menurutnya, Soemarno Inc. berambisi menguasai bisnis terbesar di tanah air berawal dari penempatan Rini menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan demikian seluruh pimpinan/dirut BUMN berada di bawah genggaman Soemarno Inc.
“Cara untuk menguasai BUMN menjadi mudah dengan memilih kawan, kolega, keluarga mereka sendiri dalam jajaran direksi BUMN. Dengan demikian oligarki mereka akan terbentuk kuat,” tegasnya.
Lebih lanjut dijelaskan usaha Soemarno Inc menempatkan orang-orangnya seperti penunjukan Sudirman Said sebagai menteri ESDM. Kemudian Sudirman Said mengangkat Widyawan sebagai Stafsus.
Untuk diketahui, Menteri BUMN Rini Soemarno telah menunjuk PT DDI untuk menyaring calon direksi Pertamina. Ditunjuknya PT DDI sejak awal dicurigai karena perusahaan ini konon adalah milik keluarga Soemarno, Oengky Soemarno. Pihak menteri BUMN juga belum mengkonfirmasi kebenaran masalah ini ke publik.
Hasil dari seleksi yang dilakukan PT DDI memperkuat kecurigaan ini. Nama nama yang lolos seleksi ternyata adalah bagian dari bisnis Soemarno, Inc, seperti Ahmad Faisal Mantan Dirut Niaga Pertamina Era Ari Soemarno, Widhyawan mantan deputi SKK Migas-Stafsus Sudirman Said yang juga merupakan jaringan Soemarno, dan dua kandidat lain yakni Budi Sadikin Mantan Dirut Mandiri, Rinaldi Firmansyah mantan Dirut Telkom.
“Menguasai Pertamina berarti menguasai sumber uang terbesar. Pertamina merupakan BUMN terbesar di Indonesia dengan revenue mencapai Rp900 triliun setahun,” ujarnya.
Itulah sebabnya Pertamina selalu menjadi incaran penguasa dalam memperkuat oligarki yang korup dan menjadikan Pertamina sebagai mesin uang. Dalam situasi ketika kabinet ekonomi dikuasai oligarki bakal sangat membahayakan bagi masa depan Pertamina.
“Satu sisi Pertamina menjadi sarang mafia, yang nantinya dengan alasan pertamina yang buruk pemerintah akan lebih jauh melakukan privatisasi pertamina seiring liberalisasi perdagangan BBM,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka