Tangerang, aktual.com – Tidak ada habisnya membicarakan perkebunan, karena selalu menarik untuk dikulik. Bahkan dalam rangkaian acara Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) kali ketiga, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), turut hadirkan bincang seputar perkebunan melalui PodcastBUN (podcast nya perkebunan) pada acara Bunex, selama 3 hari mulai dari tanggal 12 sampai dengan 14 September 2024.

Menariknya, di PodcastBUN Bunex kali ini berhasil mendiskusikan seputar perkebunan bersama pelbagai narasumber, tak hanya digali sebatas potensi komoditas perkebunan saja, namun sampai ke akar, dari hulu hingga hilirisasi perkebunan, kebijakan maupun program, semua dikupas tuntas di PodcastBUN Bunex ini.

Salah satu narasumber podcast yang ikut memeriahkan PodcastBun, Hendro Kartiko, Ketua Umum Forum Pemuda Sawit Indonesia (FPSI) berbincang seputar forum pemuda sawit, dan penerima beasiswa SDM sawit BPDPKS. Ia menceritakan tentang wadah organisasi yang terfokus di 3 bidang diantaranya pengembangan SDM kelapa sawit, kampanye sawit baik dan program hilirisasi.

“Pengembangan SDM kelapa sawit ada program mengajar, memberdayakan alumni untuk menjadi pemateri mengajar teknis kelapa sawit. Program lainnya yaitu program kelapa sawit baik, deforestasi dan dalam penerapan perkebunan sawit secara sustainable. Selain itu juga turut membicarakan tentang kampanye sawit baik dengan cara mengadakan forum diskusi, yang membahas mitos maupun fakta mengenai kelapa sawit,” jelasnya.

Lebih lanjut Hendro, juga mengatakan tentang hilirisasi, yang dilakukan contohnya pengembangan briket dari cangkang kelapa sawit, dan produksi teh dari kelapa sawit, sedangkan terkait beasiswa sawit, di tahun 2024 ini terdapat penambahan kampus penerima beasiswa SDM BPDPKS sejumlah 24 kampus.

Berbicara tentang beasiswa sawit, pada PodcastBUN Bunex 2024, menurut Staf Divisi Penyaluran Dana BPDPKS, Rangga Rahmananda, program beasiswa telah dilaksanakan sejak 2016 hingga saat ini, dimana dua kegiatan utamanya yaitu beasiswa dan pelatihan. Respon positif terus meningkat dari tahun ke tahun, melihat hal tersebut BPDPKS yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan terus menambah kuota penerima beasiswa. Diketahui sejauh ini beasiswa sudah diterima manfaatnya lebih dari 6.000 mahasiswa. Melihat tren positif ini, BPDPKS semakin yakin dengan menambah kuota penerima menjadi 3.000 mahasiswa di tahun 2024 ini, dan direncanakan untuk menambah kuota menjadi 4.000 penerima beasiswa di tahun 2025.

Tak kalah menariknya, turut hadir pada PodcastBUN Bunex, M. Subhi, Sekretaris Jenderal APTI membahas seputar Tembakau dan Cengkeh sebagai Komoditas Strategis Nasional. “Potensi tembakau dan cengkeh sangat besar. Kedua komoditas ini bisa didorong dan dimaksimalkan menjadi komoditas strategis, dilihat nilai ekonomis dari cengkeh yaitu dari harga mulai dari sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu per kg, sedangkan khusus tembakau tradisional dapat mencapai kurang lebih sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu, dan pada tembakau jenis tertentu bahkan dapat mencapai sekitar Rp 400 – Rp 500 ribu. Untuk daerah di Jawa Barat, harga tembakau rata-rata diatas Rp 100 ribu”.

Subhi menjelaskan, alasan mengapa tembakau harus masuk kedalam komoditas penting karena berdampak untuk masyarakat sekitar, dari 1 ha lahan membutuhkan 10-20 orang pada proses panen tembakau. Keuntungan untuk tembakau semakin tinggi, sesuai dengan produksi. Untuk lahan luasan areal tembakau cenderung fluktuatif, komoditas ini cukup tahan dikembangkan pada musim kemarau.

Hasiholand Sihombing, pun juga hadir meramaikan PodcastBUN Bunex 2024, membahas tentang Sertifikasi ISPO Pada Perkebunan Kelapa Sawit. “Alasan adanya ISPO adalah untuk mengubah image perkebunan sawit, dimana perkebunan kelapa sawit harus dipastikan turut memperhatikan dari segi budidaya, lingkungan maupun pekerja di bidang perkebunan sawit.”

Tak dapat dipungkiri, prsentase perusahaan perkebunan sawit yang mengikuti ISPO masih harus dioptimalkan dan terus didorong. Pemberian benefit tak hanya sepihak, tapi saling menguntungkan dan harmonis antara petani dengan perusahaan. Diketahui bahwa perusahaan yang menggunakan ISPO harusnya memiliki nilai tambah di mata pasar global karena menerapkan keberlanjutan dan produknya ramah lingkungan. Seiring berjalan akan berdampak positif terhadap segi penjualan produk. Perlunya sosialisasi digencarkan kepada perusahaan maupun petani betapa pentingnya ISPO agar keberterimaan produk sawit di pasar global semakin baik dan diterima, sehingga semakin banyak perusahaan yang bersemangat untuk pengajuan pengurusan ISPO.

Sebagai informasi, masa berlaku sertifikasi ISPO yaitu 5 tahun, untuk mendapatkan sertifikasi ISPO akan dilakukan pengecekan semua aspek ke lapangan sesuai prasyarat yang nantinya akan terbit sertifikat dan setiap tahun akan ada pengecekan ulang atau surveilen ke lapangan. Jika ada temuan saat surveilen, akan diberi waktu 3 bulan untuk perbaikan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain