Peringatan Hari Anak Nasional persembahan PT Bank JTrust Indonesia Tbk di Kampung Pemulung Bintara Jaya, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/7/2022).

Jakarta, Aktual.com – Generasi alfa kini menjadi generasi termutakhir dan mendapatkan perhatian karena kemampuan adaptasi mereka yang tinggi terutama terhadap teknologi.

Namun di balik kemahirannya menyesuaikan diri dengan teknologi, generasi alfa rupanya mempunyai kekurangan dalam hal berinteraksi aktif dengan lingkungan sosial.

Pasalnya eksplorasi aktivitas dan kegiatan menjadi kunci dalam mendidik anak-anak generasi alfa untuk dapat mahir berkomunikasi di lingkungan sosial.

“Generasi alfa itu memiliki paparan screen time yang lebih lama dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Kurangnya koneksi dengan manusia lain itu yang menyebabkan mereka gak memahami dirinya sendiri. Orangtua dari generasi alfa ini memang harus berperan untuk membantu anak untuk memahami dirinya sendiri,” kata dokter spesialis anak Citra Amelinda dalam acara virtual, Jumat (22/7).

Eksplorasi diri yang dilakukan anak bisa dirangsang oleh orangtua dengan mengajarkan anak mengerti berbagai macam emosi.

Anak harus mengerti perasaan senang, sedih, marah, kuatir, cemburu, dan beragam emosi lainnya agar ia bisa mengerti dirinya sendiri dan kemudian bisa mengerti bahwa orang lain juga bisa merasakan emosi.

Orangtua harus bisa mendampingi anak untuk bisa menerima setiap hal yang dirasakannya adalah sebuah kewajaran.

“Mereka (generasi alfa) itu karena terlalu tech savvy jadinya kadang kurang bisa memahami atau terkoneksi dengan dirinya sendiri. Jadi orangtua harus bisa membantu biar anak bisa paham perasaan nyaman, senang, kuatir, cemburu. Ajarkan anak menerima apa yang dia rasakan, memberi tahu ‘your feelings are valid’ agar anak tidak tumbuh sehat secara fisik dan kecerdasan tapi juga mentalnya bertumbuh,” kata Citra.

Di samping memahami perasaan, biasakan anak untuk sering mengutarakan pendapatnya dalam setiap pengambilan keputusan khususnya di lingkup keluarga.

Dengan demikian anak dapat memahami bahwa perannya dalam sebuah lingkungan disadari dan dengan demikian ia pun bisa menerapkannya di lingkungan sosial sebayanya.

Dokter Citra mengatakan anak yang terbiasa berkomunikasi nantinya akan terbiasa memahami konteks dalam sebuah komunikasi, untuk itu sebisa mungkin sejak anak dipastikan hadir di dunia maka orang tua harus sering mengajaknya berkomunikasi.

“Komunikasi itu cara orangtua mentransfer kecerdasan kepada anak, kita mentransfer itu pakai bahasa atau ucapan. Ketika anak memahami bahasa, itu tidak hanya ia bisa mendapatkan keterampilan berbicara tapi juga memahami konteks dalam komunikasi, itu juga sebabnya sedari kecil anak harus dibiasakan berkomunikasi,” ujar Citra.

 

(Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Ikhwan Nur Rahman