“Tantangannya adalah transportation cost yang mahal untuk wilayah Indonesia Timur. Agar biaya lebih efisien dan murah, Bapak Menteri meminta agar pembagunan pembangkit listrik dilakukan di dekat sumber energinya, di mulut sumur. Kebijakan gas Indonesia itu diutamakan untuk pemenuhan dalam negeri, sisanya untuk ekspor,” jelas Dadan.

Berkaitan dengan bisnis gas, Menteri Perdagangan Jepang telah mengatakan akan mendukung berupa USD 10 miliar untuk proyek kerjasama memasok gas alam cair (LNG) atau membangun infrastruktur LNG di Asia. Hal ini dilansir dari VOA, Rabu (18/10).

Pendanaan akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek LNG di hulu, midstream dan hilir di negara-negara berkembang di Asia dan negara-negara lain untuk mendorong permintaan LNG, kata Hiroshige Seko yang berbicara pada Konferensi Tahunan Produsen-Konsumen LNG di Tokyo.

Seko juga mengatakan bahwa pemerintah dan perusahan-perusahaan Jepang akan menawarkan pelatihan, berdasarkan permintaan dari negara lain, untuk mengembangkan 500 tenaga kerja untuk proyek-proyek di negara-negara produsen dan konsumen gas.

Inisiatif ini muncul setelah Seko dan Menteri Energi Amerika, Rick Perry, setuju pada Juni bahwa kedua negara akan bekerja sama untuk mengembangkan pasar LNG di Asia, kata Seko.

Laporan: Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid