Belinyu, aktual.com – Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung di Museum Timah Indonesia di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 246.919 orang.
Hal ini disebabkan karena museum tersebut memiliki nilai sejarah terkait timah dan perjuangan timah bangsa melawan penjajahan.
“Dalam lima tahun terakhir kunjungan wisatawan ke Museum Timah Indonesia di Kota Pangkalpinang dan Muntok Bangka Barat mencapai 246.919 orang,” kata Direktur Sumber Daya Manusia PT Timah Tbk, Muhammad Rizki di Belinyu, Jumat.
Dia mengatakan jumlah wisatawan berkunjung di Museum Timah Indonesia di Muntok Kabupaten Bangka Barat terhitung sejak 2014 hingga 2019 sebanyak 83.016 orang.
Sementara itu, jumlah wisatawan berkunjung di Museum Timah Indonesia di Kota Pangkalpinang sejak dalam lima tahun terakhir sebanyak 163.903 orang.
“Para wisatawan ini tidak hanya berkunjung ke museum, tetapi juga mengunjungi objek wisata, sentra UMKM dan kuliner sehingga berdampak terhadap perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Menurut dia dalam meningkatkan kunjungan wisatawan, PT Timah Tbk terus berupaya mengoptimalkan sarana dan prasarana museum, agar wisatawan aman, nyaman dan lebih santai menikmati serta melihat peninggalan-peninggalan sejarah terkait timah di Pulau Bangka.
“Kita menyediakan dua unit mobil klasik pownis di Museum Timah Indonesia Kota Pangkalpinang untuk mengantar wisatawan ke objek wisata sejarah di ibukota provinsi itu,” katanya.
Kepala Museum Timah Indonesia, Muhammad Taufik mengatakan Museum Timah Indonesia merupakan museum teknologi pertimahan yang dikelola PT Timah Tbk. Museum ini didirikan pada 1958 untuk mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung.
Museum Timah Indonesia menempati sebuah gedung bersejarah yang awalnya adalah rumah dinas Hoofdt Administrateur Bangka Tin Winning (BTW).
“Pada masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno, Hatta dan para pemimpin tinggi Republik Indonesia diasingkan ke Bangka mengadakan perundingan dengan utusan PBB (Komisi Tiga Negara) pada 1948 di gedung tersebut. Pada pertemuan ini akhirnya mengantarkan pada kedaulatan Belanda pada Republik Indonesia pada 1949,” kata Taufik. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin