Padahal kilang minyak Pertamina merupakan kilang-kilang yang sudah tua-renta. Bahkan kilang yang dibangun pada zaman Penjajahan Belanda, antara lain Kilang Balik Papan (1894) dan Kilang Plaju (1903), masih saja digunakan. Sedangkan Kilang Minyak yang dibangun Pertamina umumnya juga sudah relatif tua, di antaranya Kilang Dumai (1971), dan Kilang Cilacap (1976), serta Kilang Kasim, yang terkahir dibangun pada 1997.

Sebelumnya kata Fahmy, pada masa Direktur Utama Pertanina dijabat Dwi Sotjipto, sesungguhnya rencana pembangunan kilang makin menjadi perhatian. Bahkan diperkirakan pada 2023 Indonesia akan mencapai swasembada BBM, semua kebutuhan BBM akan dipasok dari Kilang Minyak dalam negeri.
Upaya untuk menambah kapasitas Kilang Minyak dengan melakukan pengembangan dan modifikasi existing Kilang dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Pembangunan Kilang baru.
Total penambahan kapasitas Kilang Minyak melalui RDMP dan GRR ditergetkan sebesar 2 juta barrel per hari, yang akan diselesaikan pada 2022.  Sedangkan konsumsi BBM pada periode yang sama diproyeksikan mencapai 1,9 juta barel per hari, sehingga pada 2023 Indonesia tidak akan impor BBM lagi.
Untuk mencapai target itu, Pertamina menjalankan 4 Proyek RDMP Kilang CIlacap, Balik Papan, Balongan dan Dumai, serta 2 Proyek Gross Root Refinery (GRR). Setiap Proyek RDMP membutuhkan dana investasi sekitar USD 5 miliar atau sebsesar Rp 67,5 triliun  (asumsi USD 1 setara Rp. 13.500). Sedangkan satu Proyek GRR dubutuhkan dana investasi  sekitar USD 12,5 miliar atau setara Rp. 168,75 triliun. sekitar USD 45 miliar atau setara Rp. 607,5 triliun.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta