Jakarta, Aktual.com – Kutub Utara memanas empat kali lebih cepat daripada laju pemanasan global berdasarkan analisis terbaru. Empat dari 39 model iklim dapat memprediksi dua peningkatan signifikan dalam tren terjadi, pada 50 tahun terakhir.
“Tiga puluh tahun dianggap sebagai waktu minimum untuk mewakili perubahan iklim,” kata Petr Chylek, fisikawan dan peneliti iklim di Los Alamos National Laboratory dan penulis utama studi Geophysical Research Letters dilansir dari laman Phys, Jumat (8/7).
Ilmuwan mengurangi interval waktu menjadi 21 tahun.
“Pada skala waktu yang lebih kecil itu, dan bertentangan dengan penyelidikan sebelumnya yang menemukan bahwa indeks amplifikasi Arktik meningkat secara mulus, kami mengamati dua langkah berbeda, satu pada 1986 dan yang kedua pada 1999,” ujar Chylek.
Memprediksi secara akurat perubahan iklim di masa depan pada skala waktu yang lebih pendek sangat penting. Gunanya adalah untuk merencanakan setiap mitigasi dan menetapkan metode adaptasi perubahan iklim.
Lapisan es Greenland mencair, yang menaikkan permukaan laut dan membahayakan banyak komunitas pesisir.
Arktik memiliki dampak signifikan pada suhu dan cuaca global. Indeks amplifikasi studi dihitung sebagai perbedaan antara tren suhu 21 tahun Arktik, dan tren suhu 21 tahun keseluruhan dunia.
Indeks amplifikasi Arktik diperkirakan lebih besar dari empat kali pada awal abad ke-21, yang secara signifikan lebih cepat daripada penelitian yang diterbitkan sebelumnya.
Penelitian sebelumnya, menggunakan interval waktu 30 hingga 40 tahun. Indeks diposisikan antara 2 dan 3 dalam penyelidikan sebelumnya.
Tim studi di seluruh dunia menemukan empat model perubahan iklim yang secara wajar menciptakan kembali langkah pertama sekitar tahun 1986 dari 39 model perubahan iklim dalam koleksi CMIP6 yang banyak digunakan.
Sekelompok model iklim di seluruh dunia yang menggunakan set parameter yang sama disebut CMIP. Panel Antarpemerintah tentang Laporan Penilaian Perubahan Iklim (ICCP) terbaru dibuat menggunakan CMIP6.
“Kami menghubungkan langkah pertama dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan polutan lain di atmosfer, karena beberapa model melakukannya dengan benar,” ucap Chylek.
Dengan rentang waktu 30 tahun atau lebih, model iklim umumnya kehilangan variabilitas iklim jangka pendek.
Penulis makalah tidak mengidentifikasi penyebab spesifik untuk peningkatan yang sangat tiba-tiba ini. Namun, ilmuwan berhipotesis, bahwa umpan balik es laut dan uap air, bersama dengan modifikasi bagaimana panas atmosfer dan samudera bermigrasi ke Kutub Utara, kemungkinan merupakan penyebab signifikan.
Ketika kesenjangan suhu antara Arktik dan daerah tropis berkurang, kenaikan indeks amplifikasi Arktik di masa depan mungkin akan lebih rendah.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid