Pekerja mengecat salah satu ruangan di PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Jawa-Bali di Gandul, Depok, Jawa Barat (24/12). PLN memproyeksikan beban puncak konsumsi listrik saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2017 akan berkurang 18 hingga 24 persen dibandingkan pada kondisi pemakaian litrik di hari kerja biasa. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Laba bersih PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada tahun 2016 tergerus hingga sebesar Rp5.1 Triliun. Pada tahun sebelumnya mencatat Rp15.6 triliun, namun tahun 2016 tinggal menyisakan Rp10.5 Triliun.

Direktur Perencanaan PT PLN, Nicke Widyawati beralasan penurunan itu disebabkan perusahaannya tidak menekan pendapatan dari biaya tarif listrik, selain memang karena mengikuti program tax amnesty.

“PLN berusaha untuk memberikan tarif kompetitif bagi masyarakat dan dunia usaha,”kata Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan PLN di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Rabu (5/4).

Pada 2016, harga jual tenaga listrik PLN memang mampu ditekan sebesar Rp41 per Kwh dengan rata-rata harga jual sebesar Rp994 per kwh dari Rp1.035 per kwh pada 2015.

Namun demikian, Nicke mengungkapkan peningkatan beban perusahaan masih bisa diimbangi oleh efisiensi internal PLN sehingga tidak terlalu menyebabkan laba perusahaan anjlok lebih jauh.

Salah satu upaya efisiensi adalah melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan penggunaan batubara atau energi primer lain yang lebih murah.

“Efisiensi terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp 12,3 triliun sehingga pada 2016 menjadi Rp 22,8 trilliun atau 35,03 persen dari tahun 2015 yang membutuhkan Rp 35 trilliun, dengan penurunan konsumsi BBM 0,8 juta kilo liter (KL) sehingga volume pemakaian sampai dengan 2016 sebesar 4,7 juta (KL),” pungkasnya.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: