Jakarta, Aktual.com — Laba bersih PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) pada semester I 2015 mencapai Rp928 miliar atau turun tujuh persen dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp996 miliar.
“Sepanjang semester I-2015 situasi perekonomian dibayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat. Kami bersyukur BTPN tetap dapat bertumbuh, menjaga kualitas kredit dengan baik, dan tetap konsisten mengimplementasikan program pemberdayaan nasabah pada periode menantang tersebut,” kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng di Jakarta, Rabu (29/7).
Kendati demikian, lanjut Jerry, pihaknya tetap fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market).
Hal itu terlihat dari penyaluran kredit sepanjang semester I-2015 yang tumbuh moderat dengan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) rendah.
Pada 30 Juni 2015, BTPN membukukan kredit Rp55,7 triliun, tumbuh 11 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp50 triliun.
Sedangkan NPL terjaga di level 0,8 persen, jauh di bawah ambang batas NPL yang ditetapkan regulator.
Untuk menyesuaikan laju pertumbuhan kredit dan memperbaiki biaya dana (cost of fund), BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas.
Per 30 Juni 2015, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp57,1 triliun, tumbuh delapan persen dari periode yang sama tahun lalu Rp52,7 triliun.
Sementara itu, pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi sebesar Rp7,68 triliun, meningkat 22 persen dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp6,28 triliun.
Dengan demikian, total”funding” BTPN mencapai Rp64,8 triliun tumbuh 10 persen (yoy). Dengan menyeimbangkan DPK dan kredit, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 98 persen.
Namun, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 86 persen.
“Kami menyambut baik inisiatif regulator memasukkan obligasi dalam komponen penghitungan rasio likuiditas. Perluasan definisi LDR menjadi loan to funding ratio (LFR) dapat meningkatkan rasa percaya diri perbankan dalam meningkatkan kredit,” kata Jerry.
Pertumbuhan yang moderat di sisi kredit dan DPK, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 11 persen (yoy) dari Rp71,4 triliun menjadi Rp79,5 triliun pada 30 Juni 2015. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,6 persen.
“Kinerja BTPN menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan rasio-rasio yang sehat dan kuat. Kami optimistis, ke depan BTPN akan mampu bertumbuh bahkan lebih baik lagi,” ujar Jerry.
Artikel ini ditulis oleh: