Persaingan bisnis tersebut, kata Suryadi, diduga memicu tindakan nekat Untung untuk menambah kadar metanol di minuman keras oplosannya.
Sejak saat itu, kata dia, korban meninggal mulai berjatuhan di Kompleks Kodau. Korban pertama atas nama Imron meninggal dunia usai berpesta miras oplosan pada Jumat (13/4). Namun keempat korban lainnya justru kembali minum miras oplosan dari Untung pada Sabtu (14/4) malam.
Keempat korban mulai menunjukan gejala kerusakan organ tubuh dan satu per satu mulai di larikan ke rumah sakit terdekat. “Baru pada Rabu (18/4) tiga korban lainnya tewas yakni Yopi Arnes, Herry Bayo dan Alvian. Baru pada hari ini abang saya meninggal (Hermadi),” katanya.
Dikatakan Suryadi, peristiwa tewasnya Hermadi bermula saat yang bersangkutan tidak sadarkan diri pada Jumat (20/4) pukul 00.30 WIB dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
“Dokter bilang lambungnya pecah dan menjalar ke organ tubuh lain, sampai akhirnya dia meninggal subuh tadi,” katanya.
Insiden tersebut memicu kemarahan keluarga korban yang langsung menggerebek kios enjualan miras oplosan milik Untung dengan dipimpin Suryadi.
“Saya marah abang saya meninggal gara-gara dagangan Untung. Saya panggil polisi sore tadi dan kita gerebek,” katanya.
Saat ini untung bersama sejumlah barang bukti dagangannya sudah disita tim kepolisian dari Polsek Jatiasih. “Minuman ini dikenal dengan sebutan teh pucuk, karena warnanya coklat campuran madu. Minuman itu dioplos mengunakan metanol, madu dan ciu,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid