Petugas BPN menggunakan alat ukur memetakan lahan milik perusahaan perkebunan yang dibakar dan telah ditanami sawit di KM 25, Tumbang Tahai, Nyaru Menteng, Kalteng, Jumat (30/19). Pihak kepolisian dan Kementerian LHK telah memberi garis polisi dan menyidik pelaku pembakaran lahan seluas kurang lebih 30 hektar itu karena melanggar aturan yang berlaku. ANTARA FOTO/Saptono/Spt/15

Magelang, Aktual.com – Lahan krtis di Indonesia mencapai sekitar 24 juta hektare, kata Direktur Jendral (Dirjen) Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hilman Nugroho.

“Sangat miris kita punya lahan kritis 24 juta hektare, sementara APBN hanya mampu untuk menanam 500 ribu hektare per tahun. Butuh waktu 48 tahun untuk kembali menghijaukan lahan kritis di Indonesia,” ucapnya di Magelang, Jateng, Kamis (12/11).

Ia mengatakan hal tersebut pada “launching” Penanaman Pohon “Hutan Rektor” di Kampung Sidotopo, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

Kondisi tersebut, sangat membutuhkan kesadaran masyarakat untuk kembali sadar akan pentingnya menanam pohon. Dia menyebut, gerakan penanaman pohon dari usia SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi hingga usia matang untuk menikah ini menjadi sebuah terobosan untuk kembali menghijaukan lahan kritis.

Beberapa cara yang perlu dlakukan, antara lain setiap anak SD menanam lima pohon, begitu juga dengan SMP, hingga seterusnya. Termasuk, warga Indonesia yang akan menikah juga diwajibkan untuk menanam lima pohon. Calon pengantin akan mendapatkan surat nikah dari Kementerian Agama jika sudah menanam lima pohon.

“Kesepakatan tersebut sudah ditandatangani oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama pada 15 Juli lalu,” tuturnya.

Ia menjelaskan tidak ada sanksi atau konsekuensi jika seseorang enggan untuk melakukan penanaman. Hanya, untuk calon pengantin akan segera mendapatkan surat nikah yang diterbitkan oleh kantor Kementrrian Agama jika ikut melakukan penanaman.

“Caranya, calon pengantin ini nantinya harus memotret penanaman pohon ini. Untuk rakyat kami menyiapkan sekitar 1 hingga 1,5 juta bibit pohon. Kami berharap 70 persen tanaman yang ditanam adalah kayu keras, 30 persen buah-buahan,” tukasnya.

Ia mengatakan sejak 2010 hingga saat ini sudah ada sekitar tujuh miliar pohon yang ditanam. Meski demikian, dia mengaku tidak mengetahui secara persis luasan lahan yang sudah ditanami tanaman oleh masyarakat.

“Harapan kami tidak harus menunggu 48 tahun agar kembali hijau lahan kritisnya. Targetnya 10 hingga 15 tahun saja,” imbuhnya.

Artikel ini ditulis oleh: