Yogyakarta, Aktual.co — Penurunan muka air atau debit air sungai di DIY pada musim kemarau ini berdampak pada berkurangnya suplai atau pasokan air irigasi terhadap lahan pertanian seluas kurang lebih 70.000 hektar. Tak sedikit lahan pertanian bahkan diketahui harus mengalami kekeringan karena tak mendapat suplai air irigasi. 
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) DIY, Yohanes Wibisono menyebutkan, sebagian besar lahan pertanian di DIY seluruhnya disuplai air irigasi dari aliran sungai Progo. Sehingga berkurangnya debit air sungai Progo memberikan dampak cukup besar terhadap suplai air irigasi bagi lahan pertanian di DIY. 
“Akibat penurunan debit air sungai Progo, sekitar 30 persen suplay air irigasi di lahan pertanian di DIY terhenti. Itu paling banyak terjadi di Kab Bantul dan Kulonprogo,” ujarnya didampingi seksi operasi dan pengelolaan data balai PSDA DIY, Tri Wartono di Yogyakarta, Jumat (31/10). 
Di DIY sendiri terdapat sebanyak 44 daerah irigasi. Dari jumlah itu hampir seluruhnya mengalami penurunan suplai air secara drastis. Di daerah irigasi Kamijiro Pijoro, Bantul, suplai air irigasi bahkan hanya tinggal 30 persen. Sedangkan di daerah irigasi Kalibawang Kulonprogo suplai air irigasi mencapai 40 persen. 
“Untuk wilayah bantul penurunan debit paling banyak dirasakan terjadi di daerah irigasi Kamijiro Pijoro, meliputi 4 kecamatan yakni Kretek, Sanden, Pandak dan Srandakan dengan luas lahan pertanian mencapai 2300 hektar. Sedang di daerah irigasi Kalibawang meliputi 4 kecamatan dengan luas lahan pertanian mencapai 7152 hektar,” katanya. 
Sedangkan untuk wilayah kabupaten Sleman sendiri, penurunan debit air sungai dikatakan tidak terlalu berdampak signifikan. Hal itu tidak terlepas karena wilayah geografis lahan pertanian di Kab Sleman termasuk berada di wilayah hulu sungai.