Jakarta, Aktual.com — Laju deforestasi di Pulau Kalimantan terutama konversi hutan secara besar-besaran menjadi lahan produksi kelapa sawit dinilai mendorong kepunahan spesies orang utan.
“Konversi hutan Kalimantan secara besar-besaran untuk produksi kelapa sawit, bersama-sama dengan dampak perubahan iklim mendorong terjadinya kepunahan terhadap orang utan di pulau terbesar di Asia,” kata Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Achim Steiner dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (31/7).
Dalam laporan terbaru PBB terkait dampak perubahan lahan dan iklim terhadap masa depan orang utan Kalimantan menyebutkan, kebijakan konversi lahan di Kalimantan bersifat tidak berkelanjutan tidak hanya bagi orang utan yang tinggal di dalam hutan tersebut tetapi juga berdampak kepada keseluruhan populasi manusia.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh UNEP dan Universitas Liverpool John Moores serta bekerja sama dengan lembaga Kemitraan Kelangsungan Hidup Kera Besar (GRASP) itu, konversi secara besar-besaran terhadap Kalimantan untuk pembangunan lahan kelapa sawit akan membuat orangutan terancam punah.
Selain itu, laporan itu juga menyebutkan dampak lingkungan dari perubahan iklim akan diperburuk oleh deforestasi di Kalimantan, dan dapat mengakibatkan banjir parah, kenaikan dalam suhu, penurunan produktivitas pertanian, serta efek negatif lainnya.
Sementara laju deforestasi di Kalimantan dinilai telah menjadi di antara yang tertinggi di dunia selama lebih dari dua dekade, dan 56 persen dari hutan dataran rendah tropis yang dilindungi diperkirakan telah hilang antara periode tahun 1985-2001.
Laporan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa jika deforestasi di Asia Tenggara terus berlanjut, sebanyak 75 persen dari hutan asli akan hilang pada tahun 2030.
Sedangkan rekomendasi yang diusulkan guna mengekang dampak konversi tersebut antara lain mengidentifikasi segera prioritas perlindungan populasi orangutan dan habitat, dan menghubungkan lokasi orangutan utama melalui penciptaan koridor sehingga dapat memastikan mobilitas dan kelangsungan hidup spesies.
Selain itu, rekomendasi lainnya adalah mendorong metode konversi yang lebih berkelanjutan dalam menggunakan lahan pertanian untuk kelapa sawit dan tanaman lainnya, serta mendukung program perlindungan hutan.
Sebelumnya, berdasarkan data LSM Forest Watch Indonesia (FWI), laju deforestasi di Indonesia dalam tiga periode mengalami penurunan yakni dua juta hektar pertahun dalam kurun waktu 1980-1990-an, sekitar 1,5 juta per tahun selama 2000-2009 dan sekitar 1,1 juta hektar pada periode 2009-2013.
Artikel ini ditulis oleh: