Jakarta, Aktual.com — Perkembangan industri perkembangkan syariah masih belum keluar dari five percent trap. Dalam beberapa tahun ini, pangsa pasar industri perbankan syariah masih tak jauh dari angka 5 persen.
“Di tahun 2014 perkembangan pasar syariah masih 4,8 persen, tapi di medio 2015 menurun jadi 4,67 persen, baru di akhir 2015 lalu mencapai 4,8 persen lagi. Tahun ini juga kami proyeksikan pangsa pasarnya masih 5 persen,” ujar Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK, Mulya E. Siregar, di Jakarta, Kamis (25/2).
Menurutnya, salah satu yang membuat pertumbuhannya melambat adalah peran pemerintah masih kurang. Berbeda dengan Malaysia yang pemerintahnya sudah mendorong penuh laju industri perbankan syariah.
“Di Indonesia sifatnya masih bottom up. Sedang di Malaysia sifatnya top down. Makanya market sharenya bisa mencapai 20 persen. Tapi kan di Indonesia sudah ada KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) yang diketuai Presiden. Itu menjadi harapan baru,” harap dia.
Kondisi itu seperti yang ada di Negeri Jiran ada lembaga kuat yang ikut mengembangkan industri syariah dan diatur langsung oleh pemerintah.
Bahkan, ketika dikaitan dengan umat Islam di Indonesia yang mayoritas, kata Mulya, tidak serta merta langsung mendongkrak laju industri syariah.
“Jadi gara-gara umat Islam banyak, tidak serta merta langsung melompat tinggi (market share-nya). Kalau begitu maka yang bank konvensional bisa menjadi anak usaha dong, seperti UUS (unit usaha syariah),” terang dia.
Di tempat yang sama, Kepala Departemen Perbankan Syariah, Achmad Buchori mengakui jumlah umat Islam yang mayoritas tidak serta merta mendongkrak laju perbankan syariah.
Berdasar survey OJK, meski umat Islam terbesar di dunia, tapi hasilnya cukup mengkhawatirkan. Ada lima karakter nasabah dalam melihat industri perbankan syariah.
Pertama, menganggap maunya buka rekening di bank syariah, kalau di konvensional diangap haram. Kedua, hanya ikut-ikutan. Ketiga, perbankan mana yang paling menguntungkan. Keempat, terpaksa buka di perbankan syariah. Dan kelima, pokoknya bank konvensional.
“Ternyata yang paling banyak itu orang yang berpikir mana yang paling menguntungkan. Mau syariah atau konvensional yang penting menguntungkan,” jelas dia.
Untuk itu, strateginya bukan hanya jual ayat atau ngomong halal-haram, tapi produk yang menguntungkan itu yang harus ditawarkan.
“Service-nya harus excellent. ATM-nya harus tersebar di mana-mana, IT-nya juga harus kuat, bisa internet banking dan moblie banking. ltu yang akan dicari nasabah,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka