Jakarta, Aktual.com — Pengucuran kredit dari dunia perbankan hingga Februari masih di angka 8%. Angka ini dianggap rendah mengingat target di tahun ini bisa mencapai 12%-14%. Dengan kondisi itu menunjukkan pertumbuhan perekonomian belum optimal.

Untuk itu, Bank Indonesia (BI) meminta deregulasi aturan yang dilakukan pemerintah di berbagai sektor, bisa serius dilakukan. Termasuk juga harus dilakukan di tingkatan pemda-pemda.

“Ditambah lagi pencairan anggaran (APBN) juga perlu dipercepat, sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi,” tegas Deputi Gubernur Senior (DGS) BI, Mirza Adityaswara di Gedung BI, Jakarta, Jumat (1/4).

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo berencana untuk melakukan deregulasi beberapa aturan yang dianggap menghambat baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Di tingkat pusat ada sebanyak 42 ribu regulasi yang dianggap menghambat dan akan dipangkas. Sementara di tingkat pemda ada 3.000 regulasi. Untuk tingkatan pemda itu, deregulasinya akan dilakukan di tahun ini.

Lebih lanjut Mirza menegaskan, kalau mau mengetahui pertumbuhan ekonomi bergeliat atau tidak, indikatornya dapat dilihat dari aspek data penjualan semen, kendaraan bermotor, sektor rumah, dan laju kredit itu sendiri.

“Tapi kenyataannya masih cukup rendah ya. Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi hingga Februari juga masih belum bertumbuh,” jelas dia.

Meski begitu, ia mengakui, masih rendahnya kualitas kredit memang karena masih ada lack antara pelonggaran kebijakan moneter yang dilakulan BI dalam beberapa bulan terakhir dengan stabilitas kurs terhadap aktifitas ekonomi.

“Sehingga, dengan adanya pelonggaran moneter itu dampaknya neberapa bulan kemudian akan terlihat dari aktifitas ekonomi yang meningkat,” lanjut Mirza.

Sementara terkait dengan penurunan suku bunga itu, kata Mirza, untuk menurunkan suku bunga, selain faktor pelonggaran kebijakan yang sudah dilakukan BI, juga terkait kondisi makro ekonomi dalam negeri dan makro ekonomi luar negeri.

“Salah satu indikator makro ekonomi dalam negeri yang perlu diperhatikan adalah terkait laju nflasi itu,” pungka dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan