Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) di pasar spot masih pada hari ini sangat tergantung pada sentimen positif global.

Sementara sentimen domestik sangat minim. Laju inflasi tahunan yang rendah dan perkembangan program tax amnesty dirasa kurang direspon prlaku pasar.

“Pergerakan rupiah hari ini lebih didorong oleh berbalik melemahnya USD seiring aksi profit taking. Serta mulai adanya penguatan pada laju poundsterling (GBP) dan euro (EUR) terhadap USD,”papar Senior Analyst PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Kamis (5/1).

Sentimen terebut, kata dia, diharapkan pelaku pasar bisa bertahan pada perdagangan hari ini, sehingga dapat bertahan untuk memberikan konfirmasi sinyal apresiasi pada laju rupiah.

“Untuk itu, pada hari ini, diperkirakan rupiah akan bergerak di level supoort di kisaran Rp13.485 dan dan tingkat akan di rentang Rp13.370,” ujar dia.

Menurut Reza, rilis indeks market manufacturing PMI AS yang naik ke level 54,3 dari sebelumnya 54,2, serta ISM manufacturing PMI naik ke level 54,7 dari sebelumnya 53,6 sempat memberikan sentimen positif pada USD.

Namun, di sisi lain pelaku pasar juga memanfaatkan kondisi tersebut untuk profit taking pada USD.

“Apalagi memang, sikap pelaku pasar yang masih menanti rilis risalah FOMC dan data tenaga kerja AS di akhir pekan nanti membuat sebagian besar mereka melepas USD-nya,” tegas Reza.

Selain itu,rilis data-data indeks manufaktur Eropa yang membaik juga dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk ke Euro dan GBP, sehingga nilai USD terlihat melemah.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka