Jakarta, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) menargetkan dapat menyerap produk nabati dalam biodiesel atau “fatty acid methyl ester” (FAME) sebesar 5,14 juta kiloliter pada 2016.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro di Jakarta, Rabu (30/9) mengatakan, target penyerapan FAME tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan 2015 yang diperkirakan terserap sekitar satu juta kiloliter.
“Kenaikan penyerapan FAME ini seiring peningkatan persentase mandatori pada 2016 menjadi 20-30 persen (B20), dari saat ini 15-25 persen (B15),” ucapnya.
Menurut dia, penyerapan FAME tersebut sekaligus mengurangi aliran devisa ke luar negeri, khususnya dari impor Solar.
Pada 2016, Pertamina memperkirakan konsumsi Biosolar, produk Solar yang mengandung FAME, mencapai 24 juta kiloliter.
Sementara, proyeksi penyaluran Biosolar pada 2015 hanya mencapai 5,5 juta kiloliter.
Sedangkan, pada 2014, total penyerapan FAME Pertamina sebesar 1,5 juta kiloliter untuk penyaluran 13,6 juta kiloliter Biosolar.
Penyerapan FAME tersebut untuk memenuhi seluruh kebutuhan Biosolar baik subsidi, nonsubsidi, dan maupun PT PLN (Persero).
Sejak 2009, Pertamina telah menyalurkan FAME ke seluruh Indonesia dengan mandatori 7,5 persen atau B-7,5.
Dengan pemanfaatan FAME tersebut, maka Pertamina telah menyubstitusi impor Solar.
Seiring turunnya harga minyak mentah dunia sekarang ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2015 yang memungkinkan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit membayar selisih antara harga beli Pertamina dengan harga indeks pasar (HIP) FAME.
Akibat penurunan harga minyak tersebut, harga pembelian FAME menjadi lebih murah dibandingkan HIP riil, sehingga menjadi kendala penyerapan mandatori B-15 pada 2015.
Harga pembelian FAME oleh Pertamina dari produsen mengacu pada HIP “gasoil” dengan formula yang ditetapkan pemerintah.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan