Jakarta, Aktual.com — Kebijakan revaluasi aset yang ditempuh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, berdampak sangat signifikan. Gara-gara kebijakan ini, modal perseroan terkatrol sebesar Rp12,2 triliun, yang berarti menggenjot capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal sebesar 2-2,5 persen.

Di saat bank-bank umum tidak tertarik melakukan revaluasi aset, karena dianggap kurang signifikan, langkah BNI itu dianggap tepat.

“Dari revaluasi itu, modal kami bertamabah Rp12,2 triliun. Dengan kontribusi ke CAR mencapai 2-2,5 persen,” tegas Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, di Jakarta, Selasa (12/1).

Dia menegaskan, posisi CAR BNI saat ini mencapai 17 persen. Sehingga dengan pasokan modal dari aksi korporasi revaluasi aset itu terkatrol menjadi 19-21 persen.

“Angka ini sangat signifikan. Jadi kami bisa leluasa melakukan ekspansi tanpa penambahan modal. Kecuali dari revaluasi ini,” terang Baiquni.

Kebijakan revaluasi aset yang dilakukan BNI ini selesai akhir tahun lalu. Hal ini sebagai respon dari keinginan pemerintah yang mengharapkan semua korpirasi baik itu perusahaan pelat merah maupun swasta untuk melakukan revaluasi aset atau penilaian kembali aset-aset perusahaan.

Insentif pajak yang ditawarkan pemerintah berupa tarif pajak penghasilan (PPh) final yang lebih kecil. Jika selesai sampai akhir tahun 2015, dikenai tarif 3 persen dari yang sebelumnya 10 persen.

“Jadi banyak keuntungan yang kamindapat. Selain tarif pajak rendah, juga menjadikan keuangan perusahaan lebih sehat,” tegasnya.

Langkah ini, kata dia, sebagai langkah tepat. Pasalnya, di 2016 ini, BNI lebih memfokuskan untuk memperkuat perusahaan anak sebagai usaha untuk menopang percepatan bisnis perseroan.

“Di 2016 ini, kami akan memperkuat sinergi antar unit untuk percepatan bisnis. Strategi ini dilakukan dengan memperkuat ekpspansi bisnis pada selected corporate market, terutama di sektor prioritas nasional,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan