Jakarta, Aktual.com – Hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan digital Akamai menunjukkan bahwa lalu lintas internet di Republik Indonesia mengalami pertumbuhan per tahun sebesar 73 persen pada kuartal I-2020 year-on-year (yoy), dan melambung ke angka 139 persen pada kuartal II-2020 yoy.
“Pandemi telah meningkatkan permintaan akan layanan konten dan internet yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh perusahaan mana pun,” kata Regional Sales Director South Asia Akamai Matthew Lynn dalam siaran pers di Jakarta, Minggu(20/12).
Dalam laporan terbaru Akamai bertajuk “Indonesia: The Challenge of Monetizing in a Fast-Growing Market”, disebutkan bahwa pandemi telah menyebabkan lonjakan dalam aktivitas dan lalu lintas daring.
Hal tersebut, lanjutnya, seiring makin banyaknya penduduk Indonesia yang beralih ke daring untuk bekerja, belanja, dan belajar.
Selain itu, ditemukan pula bahwa pertumbuhan lalu lintas daring antarkuartal dengan kenaikan per kuartal sebesar 46 persen pada 2020, meningkat pesat jika dibandingkan dengan peningkatan per kuartal sebesar 5 persen pada 2019.
Ia mengungkapkan bahwa pertumbuhan yang baru pertama kali terjadi dan meningkatnya permintaan dari dalam negeri akan layanan konten dan internet selama periode ini tidak diragukan lagi telah menarik minat banyak pemain media baru, menciptakan lingkungan yang sangat kompetitif dengan pelanggan dimanjakan oleh begitu banyaknya pilihan di internet.
Sekitar 70 persen responden menyebut monetisasi sebagai prioritas bisnis utama saat mereka berinvestasi pada infrastruktur untuk menciptakan dan mendistribusikan konten kepada audiensi lokal.
“Untuk memonetisasi bisnis mereka, banyak perusahaan media perlu meningkatkan skala layanan dan memperluas penawaran mereka untuk memenuhi beragam permintaan pelanggan yang telah mengubah perilaku online-nya menyusul dampak pandemi,” kata Matthew Lynn.
Dengan persaingan untuk memonetisasi dan mendapatkan perhatian pelanggan, 70 persen dari para pelaku usaha media yang menjadi responden memprediksi gerakan menuju model langganan video-on-demand (video berdasarkan permintaan) sebagai opsi monetisasi yang lebih berkelanjutan.
Walau demikian, lanjutnya, beberapa responden memilih pendekatan hibrida, yaitu menawarkan konten gratis dengan kualitas video atau pengalaman pengguna terbatas, untuk membuat layanan mereka lebih mudah diakses dan memonetisasi dengan iklan saat pelanggan masih membiasakan diri dengan gagasan membayar untuk langganan konten.
“Memiliki pustaka konten super lengkap dan kolaborasi yang lebih hebat dalam ekosistem media juga telah diidentifikasi sebagai cara untuk mencapai skala dan melakukan penetrasi pasar,” ucapnya.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i