Jakarta, Aktual.co — Berdasarkan laporan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS)  pada Rabu (Kamis WIB), kini Jepang tercatat sebagai pemegang terbesar obligasi Pemerintah Amerika Serikat pada Februari 2015. Dalam hal ini, Jepang berhasil menggeser Tiongkok yang sebelumnya sebagai pemegang terbesar obligasi AS. Dan ini pertama kalinya terjadi sejak Agustus tahun 2008 silam.

Dilansir dari laman CNN Money, ditulis Jumat (17/4), Jepang mengakhiri Februari dengan kepemilikan 1.224,4 miliar dolar utang pemerintah AS (sekitar Rp 16.000 triliun). Sementara itu Cina, termasuk Hong Kong, memegang 1.223,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 16.000 triliun). Jika di jumlah total hutang pemerintah AS kepada dua negara tersebut berkisar Rp 32.000 Triliun. Jumlah ini sangat jauh lebih besar dari total utang pemerintah Indonesia hingga Februari 2015 yang hanya Rp 2.702,29 triliun.

Selain 2 negara ini, utang pemerintah AS terbesar dipegang oleh bank sentralnya, yaitu Fedeeral Reserve atau The Fed. Nilai utang pemerintah AS yang dipegang The Fed adalah US$ 2,5 triliun, naik dari US$ 800 miliar di 2007 lalu. Tertinggal jauh di belakang, di tempat ketiga adalah pusat perbankan Karibia dengan 350,6 miliar dolar AS, diikuti oleh Belgia pada 345,3 miliar dolar AS.

Sepanjang Januari 2015, Jepang dan Tiongkok sama-sama menjual surat utang pemerintah AS. Namun dalam hal ini Tiongkok lebih banyak melakukan penjualan, sehingga jumlah obligasi AS yang dipegang Jepang secara otomatis menjadi lebih besar.

Langkah Tiongkok membeli surat utang AS selama ini adalah sebagai langkah moneter untuk mempertahankan nilai tukar yuan tetap rendah terhadap dolar AS. Sehingga barang ekspor China tetap murah dan kompetitif.

Pinjaman pemerintah AS sendiri dilaporkan telah menurun tajam karena defisit anggaran menyusut selama tiga tahun terakhir, setelah meningkat pesat untuk mendukung ekonomi dalam resesi besar. Defisit federal jatuh menjadi 483 miliar dolar AS pada 2014, tingkat terendah dalam enam tahun, serta di bawah 3,0 persen dari produksi ekonomi untuk pertama kalinya sejak 2007.

Menurut laporan Treasury International Capital, pada Februari, keseimbangan arus modal AS dilaporkan masih dalam zona merah, tetapi masih lebih rendah daripada Januari. Secara keseluruhan, penjualan bersih asing untuk sekuritas jangka panjang pada Februari, diperkirakan mencapai 10,6 miliar dolar AS, jauh di bawah 67,3 miliar dolar AS pada Januari.

Artikel ini ditulis oleh: